HAI-ONLINE.COM -Pernah nggak sih kalian ini ngerasa kalo berinteraksi dengan sesama manusia ini sungguh menguras energi dan waktu sampai jadi lelah maksimal? Kalo merujuk ke istilah sekarang sihini dinamainmentally breakdown / mentally drained gitu, deh.
Berhubung kondisi dan dampak dari pandemi saat ini belum mereda, banyak pertemuan seperti sekolah, kelas, dan bahkan konser, dilakukan secara daring.
Alhasil, makin banyak deh individu yang kehilangan kemampuan kognitif untuk bersosialisasi dengan sesama-nya.
Baca Juga: Diskoria Ajak Kristo Immanuel untuk Rangkum Film-Film Keren Indonesia
Meski kita masih bisa ketemu secara virtual, nggak jarang kalo akhirnya hubungan antar manusia secara langsung jadi terkesan makin canggung. Belum lagi ditambah faktor mager yang biasanya juga jadi alasan terbesar.
Sebenernya sah dan normal aja kok kalo punya kecenderungan tersebut, terutama untuk menyimpan energi yang bisa lebih kita gunakan untuk hal yang positif. Bikin konten TikTok mungkin? Minjem istilah populer sekali lagi deh: Remember, love ourself is our priority, kan?
Namun dengan rutinitas yang bener-bener sama dan kalian ulang selama beberapa tahun di tempat yang sama; nggak semua orang kuat utnuk ngontrol dan betah dengan kondisi ini, terutama yang emang perlu diskusi kayak kalian para pelajar dan mahasiswa!
Untuk itu, para peneliti medis memunculkan sebuah urgensi dan kewaspadaan baru yang saat ini kita kenal dengan nama Cabin Fever.
Sebelum masuk ke solusi untuk mengatasi problem, kita harus mengenal lebih dulu masalahnya. Kalian ngerti nggak apa itu Cabin Fever? Simak dulu deh gejala-gejalanya di bawah:
Umumnya gejala Cabin Fever ini nggak terpaku pada rasa bosen aja. Tapi bayangin aja, rasa bosen itu harus tertahan dan kalian nggak bisa ngeluapinnya?
Maka, gejala-gejala mendasar seperti gelisah, demotivated, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi, pola tidur nggak teratur, lemah dan lesu, serta turunnya rasa percaya pada orang di sekitar adalah rentetan gejala yang mulai harus diwaspadai fren.
Beberapa orang mungkin akhirnya bisa menemukan “distraksi” yang tepat di dalam rumah, tapi perlu diingat kalo sebagian dari kita juga pasti mengalami kesulitan untuk menghadapi hal tersebut.