HAI-ONLINE.COM -Situasi serba terbatas yang sedang dihadapi saat pandemi emangkayaknya nggak pernah usai untuk dijadikan sumberkreatif bagi banyak musisi agar tetap produktif.
Terutama jika kaliansengaja melibatkan diridengan jenis musik yang nggak umum dan membutuhkan pengamatan lebih tentang dunia sekitar, situasi seperti inilah yang dibutuhkan - muram, gelisah, dan sepi - untuk sajikan karya musik yang nggak biasa.
Baca Juga: HAI Demos: Enola, Meramu Orkes Kesendirian Penuh Kebisingan
Hal yang sama juga dilakukan oleh Alfi Fisrifan, seorang gitaris/songwriter asal Bandung yang sebelumnya lebih dikenal sebagai gitaris dari band post-hardcore, Wreck dan ex gitaris dari unit hardcore, Ametis.
Setelah memutuskan untuk memulai proyek solonya sejak 2019 silam, Alfi yang menggunakan monikerEÄZZ sebagai stage namenya nampak berbeda dengan watak bermusiknya di band-band sebelum.
Alfi bersama EÄZZ terlihat banyak bermain-main dengan kegatalan dirinya untuk mengeksplorasisound dan efek gitar yang selama ini mungkin nggak tercurahkan sebelumnya.
Alfi tentu terlihat masih menyimpan sebuah "kemuraman" dan "protes" bersama EÄZZ, namun alih-alih dikeluarkan lewat tempo drum cepat, distorsi, dan down-tuned guitar, Alfi memilih untuk melapisinya dengan progresi musikpenuh reverb dan delay yang lambat laun menaikkan adrenalinserta serotonin dalam waktu bersamaan.
Dalam kisaran waktu dua tahun kurang, EÄZZ telah merilis tiga single yang memiliki vibe serupa namun nggak sama.
Membuka perkenalan lewat 'High Sky' pada awal kemunculannya, EÄZZ kemudian mencicil untuk menelurkan satu single di setiap tahun berikutnya.
Tahun lalu, EÄZZ hadir dengan 'The Greatest Part From Ocean Eyes' yang entah bagaimana sangat menunjukkan sisi romantis dari sebuah musik shoegazing semacam ini. Nomor ini menjadi karya dari EÄZZ yang menjadi favorit saya secara pribadi.
Lepas satu tahun berselang, EÄZZ kemudian kembali produktif dengan merilis sebuah single berjudul 'Thank You For My Lucky Star' yang baru rilis pada 19 Juli 2021 kemarin.