Follow Us

HAI Demos: Enola, Meramu Orkes Kesendirian Penuh Kebisingan

Mohammad Farras Fauzi - Rabu, 28 April 2021 | 21:00
Enola
dok. Enola

Enola

HAI-ONLINE.COM - Jangan mengira nama Enola yang ini terinspirasi dari film berjudul Enola yang diperankan Millie Bobby Brown kemarin; Enola yang ini jauh lebih misterius dan lebih gelap. Dan tentu saja, ekstra berisik.

Enola (sebagai nama band) lahir dan terbentuk di Surabaya dari lingkungan dan tongkrongan anak muda kota besar yang jenuh serta gelisah dengan siklus hidup membosankan yang mereka kerjakan sehari-hari. Cukup umum dan klise bagi latar belakang sebuah pembentukan band.

Namun, berdasarkan background musik dan pekerjaan yang juga beragam; Adi (drum & vokal), Ayiz (gitar), dan Dwiki (bass) sepakat untuk mengeksplorasi dan melakukan proyek eksperimental mereka yang dituangkan ke dalam musik. Adalah Ayiz yang mendapatkan porsi cukup besar dalam mengemban tanggung jawab kreatif di Enola, yang menurutnya di rilis pers resmi telah tersimpan dan menumpuk cukup lama di memo suara ponselnya.

Jika diperhatikan, nama Enola yang dibalik akan menghasilkan kata alone yang memiliki makna sendiri / kesendirian dalam bahasa Inggris. Benang merah kesendirian dan kemurungan inilah yang nampaknya ditonjolkan menjadi nyawa utama melalui musik yang berhasil diramu oleh Enola.

Dengan asupan utama dari Ayiz yang memiliki latar belakang post-hardcore bersama War Fighters sebelumnya, musik Enola penuh dengan gemuruh kebisingan khas shoegaze berbalut elemen kental dari doom, ambient, dan tentu saja eksperimental.

Diproduseri oleh gitaris Cotswolds dan Radlads, Ando Loekito, mereka berhasil menelurkan dua lagu berjudul 'Skin to Skin' dan 'Fill The Void,' yang dirilis tepat setahun pada April 2020 lalu. Untuk melengkapi, video musik pada lagu 'Skin to Skin' yang berisikan footage absurd juga telah dirilis.

Baca Juga: HAI Demos: Ceara Sajikan Art-Rock Bertenaga dengan Nafas Pop Kental

Dua track yang mengawang dengan panjang ini pada awalnya terkesan cukup monoton yang berisikan raungan berisik dari unsur fuzz semi doom yang cukup gelap sangat terasa di kedua lagu, yang menurut mereka sangatlah terinspirasi dari musisi ambient seperti 36 (Three Six) hingga Tim Hecker.

Beruntung suara vokal dari sang drummer Adi yang cukup samar dan hazy di kedua track ini terasa cukup haunting dan memberikan kedalaman lebih untuk menemani kesendirian kalian. Terlebih progresi dan pola lagu yang ditawarkan juga nggak melulu berisikan repetisi kuno, sehingga membuat waktu 6 menit menjadi waktu yang cukup pendek untuk menikmati kebisingan mereka. Namun, fitrah Enola sebagai band shoegaze tentu masih terpusat pada ketergantungan dengan pedal gitar analog yang akan susah untuk kalian ajak main di cafe terdekat dengan versi akustik.

Merujuk pada keterangan dalam rilis pers resmi, dalam waktu dekat mereka akan melepas beberapa single yang akan merangkai EP pertama mereka. Berisi beberapa track yang memiliki karakteristik dan cerita yang berbeda, EP pertama mereka direncanakan hanya akan dirilis dalam format digital.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

Latest