Sadar ketika melakukan tafsir atas pesan-pesan yang diterima di media sosial, dan sadar atas tindakan yang dilakukan kemudian.
Media sosial dengan kecepatan dan kemudahan interaktivitasnya memang sering membuat kita lupa untuk berhenti sejenak, menyadari apa yang diri kita pahami dan memikirkan dampak yang lebih jauh atas tindakan-tindakan kita.
"Melalui sikap mawas diri, kita bisa sadar untuk tidak mudah percaya pada citra yang dimunculkanpublic figuredi media sosial, berhati-hati dalam mengidolakan seseorang, dan juga tidak mudah menjatuhkan orang lain ketika tidak sejalan dengan pemikiran kita," ulasnya.
Mawas diri adalah salah satu cara yang bisa menjadi langkah awal dari terbentuknya literasi informasi. Berawal dari kemampuan untuk kritis dalam mencerna pesan-pesan di medsos bisa mengarah pada terbentuknya iklim komunikasi yang lebih baik karena pesan-pesan yang diproduksi tidak bersifat agresif atau destruktif.
Bagaimanapun, tidak bisa dimungkiri bahwa netizen Indonesia memiliki energi yang besar untuk melakukan gerakan bersama-sama.
Ini bisa dilihat sebagai peluang untuk menggerakkan pengguna media sosial agar melakukan gerakan yang berkaitan dengan isu-isu penting yang ada di sekitarnya.
So, lebih baik simpan dna salurkan energi jempol kalian ke arah yang benar (konstruktif). Tidak lagi merugikan diri sendiri dan apalagi orang lain, tapi justru mengajak kebaikan ke orang banyak. (*(