HAI-Online.com – Penemuan tiga kerangka manusia oleh Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur di kawasan Kumitir, Mojokerto, Jawa Timur pada awal Maret lalu bisa membuka informasi lebih dalam mengenai era klasik Indonesia.
Penemuan itu sendiri diperoleh saat BPCB Jawa Timur tengah melakukan ekskavasi tahap ketiga di area sebelah barat tempat pemakaman umum Dusun Bendo, Desa Kumitir.
Rangka manusia tersebut ditemukan saat petugas mengangkat tanah di kedalaman 60 cm pada sektor C Situs Kumitir.
Terkait penemuan ini, Pakar Antropologi Forensik Universitas Airlangga (Unair) Toetik Koesbardiati yang turut tergabung dalam penelitian bersama Tim Ekskavasi BPCB Jatim mengungkapkan, salah satu dari tiga temuan kerangka tersebut relatif utuh secara struktur.
Baca Juga: Sejarah Catur: Dari Salah Satu Permainan Tertua hingga Masuk Indonesia
"Kondisinya memang sudah remuk di beberapa tempat. Namun, struktur rangka dari tengkorak hingga kaki masih lengkap. Begitu pula bagian rusuk, tulang belakang, dan lengan," ungkap dosen Antropologi Forensik Ragawi FISIP Unair tersebut dilansir dari laman resmi unair.ac.id pada Senin (29/3/2021).
Dari hasil analisis, berdasarkan pelvis dan tengkorak, kerangka tersebut diidentifikasi berjenis kelamin perempuan dengan estimasi umur 20-30 tahun dan tinggi badan 141-153 cm.
Toetik yang tergabung dalam upaya eskavasi sejak Selasa (9/3/2021) pun telah mengambil sampel bagian tulang telinga dan tulang tangan untuk diidentifikasi. Posisi kerangka perempuan itu pun cukup unik karena berposisi tengkurap.
Untuk itu, diperlukan analisis arkeotanatologi agar mengetahui alasan posisi rangka tengkurap. Namun, hal itu dilakukan apabila semua rangka telah terekspos dan data penggalian telah dilengkapi.
Buka kemungkinan berasal dari era Majapahit
Begitu pula dengan penentuan usia kerangka untuk mengetahui apakah kerangka tersebut berhubungan dengan era Majapahit ataukah kerangka manusia modern yang dikubur di sana.
Hal tersebut perlu dilakukan lantaran tepat di sebelah timur lokasi penemuan kerangka adalah tempat pemakaman umum Dusun Bendo.
"Makanya, kami perlu melakukan dating atau penanggalan untuk mengetahui secara pasti umur atau pada masa apa sisa rangka manusia ini pernah hidup," imbuhnya.
Baca Juga: Mengenal Sokushinbutsu, Ritual Ngubah Diri Sendiri Jadi Mumi di Jepang
Apabila kerangka tersebut berasal dari era Majapahit, Toetik meyakini bahwa temuan ini akan sangat berharga bagi informasi manusia era klasik Majapahit yang masih jarang ditemui.
Terlebih, jika analisis DNA telah didapat, peneliti dapat mengetahui afiliasi populasi dari kerangka tersebut.
"Kalaupun bukan dari era Majapahit, artinya masih manusia dari era modern, tetap saja temuan sisa rangka manusia ini bermakna untuk diteliti sepanjang tidak melanggar kode etik dan budaya lokal," ujar Toetik.
Selain berpotensi menjadi temuan penting manusia era klasik Indonesia, kerangka ini pun juga dapat dijadikan media pendidikan bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman langsung di lapangan.
Ia sendiri bergabung dalam penelitian ini usai dihubungi pimpinan tim ekskavasi BPCB Jatim yang memberikan foto bagian tulang yang menyembul di galian situs.
Situs Kumitir sendiri adalah cagar budaya yang diduga sebagai istana Bhre Wengker di Kompleks Kotaraja Majapahit. (*)