Hal ini mengangkat rasa keprihatinan atas kurangnya pelatihan yang tepat dan langkah-langkah keamanan di pembangkit nuklir pada waktu itu.
Baca Juga: Rahasia Berperang Samurai Jepang Terungkap di Sebuah Teks Kuno Berusia 500 Tahun. Seperti Apa?
Dalam tragedi tersebut, Ouchi terkena radiasi sebesar 17 Sievert (satuan efek biologis akibat radiasi), padahal 8 Sievert saja sudah sangat fatal.
Masing-masing dua rekan yang saat itu bersamanya, Shinohara terkena 10 Sv dan Yokokawa 3 Sv.
Ouchi mengalami nyeri di sekujur tubuh serta mual dan kesulitan bernapas. Ia juga kehilangan kesadaran di ruang dekontaminasi setelah muntah.
Paparan radiasi yang terjadi pada Ouchi sangat parah sehingga kromosomnya hancur dan jumlah sel darah putihnya anjlok mendekati nol.
Sebagian besar tubuhnya mengalami luka bakar parah, hingga organ bagian dalamnya pun rusak.
Karena kondisinya semakin memburuk, ia dipindahkan ke Rumah Sakit Universitas Tokyo dan kabarnya menjalani transfusi sel induk perifer pertama di dunia.
Ia diberi banyak darah, cairan, dan obat-obatan yang bahkan saat itu belum tersedia di Jepang.
Dia juga harus menjalani transplantasi kulit karena semua jaringan kulit dan pori-porinya rusak.
Baca Juga: Hari Ini 40 Tahun Lalu, John Lennon Tewas di Tangan Penggemarnya
Setelah dirawat selama seminggu, Ouchi berhasil mengatakan, "Aku tidak tahan lagi, aku bukan kelinci percobaan."