Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

15 Tahun Lalu, Napalm Death Konser di Jakarta dan Dedikasikan Lagu Buat Korban Tsunami Aceh

Alvin Bahar - Selasa, 02 Juni 2020 | 09:00
Konser Napalm Death, 2005.
HAI

Konser Napalm Death, 2005.

HAI-ONLINE.COM - Liputan konser Napalm Death di Jakarta ini ditulis seperti laporan pada HAI 17-XXIX-2005.

Sekadar info buat yang belum tau, Napalm Death bisa dibilang termasuk legend di deretan band-band pengusung musik metal. Band asal kota Birmingham, Inggris, ini setia berkiprah di jalur mereka selama 18 tahun. Diawali sejak merilis debut album Scum pada tahun 1987. Album inilah yang langsung mengangkat nama band sebagai pelopor musik ekstrim, alias aliran grindcore. Gimana nggak ekstrim? Setiap lagu mereka bikin dengan tempo yang kecepatannyatinggi banget.

Baca Juga: Viral Foto Pria Bertato Pulau Indonesia Ikut Demo Rusuh George Floyd, Pelaku Beri KlarifikasiKecepatan permainan gitar maupun bas nyaris nggak ada bedanya, ditingkah dengan sound full distorsi. Paling seru kalo udah merhatiin aksi drummernya. Gebukannya pada snare plus hi hat serta dentuman bas drum lewat kakinya terkesan berlomba-lomba buat saling mendahului. Musik yang rapet kayak gini makin susah aja dicerna lantaran vokal yang nge-growl abis.

PENONTON AGRESIF Gimana cara nikmatin musik kayak gini? Mungkin yang tau cuma 4000 penonton yang memadati konser Napalm Death di Pantai Festival, Ancol, Sabtu (16/ 4) malem lalu. Jelas banget mereka nge-fans berat sama jenis musik yang satu ini. Jangan dikira di sepanjang konser mereka cuma bengong-bengong aja berusaha nyerap lagu. Sebaliknya tingkah anak-anak metal ini nggak kalah agresif sama musiknya. Kalo cuma sekadar headbanging standar banget. Serunya tuh, banyak yang nggak tahan buat ngelakuin moshing dan crowd surfing. Nyaris di seluruh areal venue, tingkah penonton kayak gini jadi pemandangan lazim. Yang paling gila tentu aja mereka yang posisinya di sekitar barikade deket bibir panggung. Jarak yang dekat dengan musisi di atas panggung makin membakar semangat mereka. Patut dicatat sebenernya tingkah penonton ini rentan mengundang rusuh.

Konser Napalm Death, 2005.

Konser Napalm Death, 2005.

Abis adu badan yang terjadi tuh cukup keras kalo lagi moshing. Belum lagi ada aja satu dua kepala yang ketendang kaki ketika sebagian dari mereka ngelakuin crowd surfing.

Tapi nggak ada satupun yang kepancing bikin rusuh. Malah situasi ini bikin mereka makin menyatu. Yup, emang kayak gitulah cara nonton konser metal. Ajaibnya lagi, penonton kayak bener-bener bisa ngikutin tiap lagu yang disodorin. Tau kan kayak gimana jadinya lagu yang dinyanyiin dengan vokal yang ngegrowl abis? Kata-kata yang dilontarin vokalis udah pasti nggak kedengeran jelas.

Bunyinya tuh kayak orang bergumam tapi dengan suara yang serem.

Meski susah kedengaran, lirik dengan vokal yang kayak gini ternyata tetep bisa diikutin sama penonton konser Napalm Death. Mending kalo cuma di bagian reffrain aja yang rada jelas bunyi liriknya. Tapi nyatanya ada yang ngikutin lirik bagian verse yang dilontarin vokalis Mark 'Barney' Greenway. Entah gimana caranya mereka ngapalin tuh deretan lirik. Barney yang jadi vokalis pun terlihat kagum sama penonton. Makanya vokalis yang tongkrongannya jauh banget dari anak metal ini makin semangat nge-growl. Konser pun makin seru.

LAGU BUAT ACEHSerunya konser Napalm Death langsung terjadi sejak awal. Apalagi sebelumnya penonton dipanasin dulu lewat penampilan band grindcore lokal, Tengkorak. Napalm Death membuka konser lewat lagu Silence is Deafening, dari album terbaru The Code Is Red...Long Live The Code {2005). Lagu yang kental banget ciri grindcore ala Napalm Death ini keruan aja bikin penonton langsung kepancing buat agresif. Musik dengan seksi ritem yang rapet plus vokal yang gahar emang ditunggu banget sama penonton. Setelah lagu pembuka yang cukup singkat, nggak lebih dari 3 nnenit, kuping penonton langsung digempur lewat lagu Vegetative State dari album yang sama. Nggak salah kalo musikalitas pada album terbaru Napalm Death dianggap lebih mantap dengan groove dan sedikit melodi. Ini terlihat dari permainan gitar Mitch Harris yang makin asik menjelajah banyak nada. Kalo pun ada ciri khas yang tetep bertahan, nggak lain lantaran permainan bas Shane Embury dan drum Danny Herera yang masih setia dengan pattern standarnya. Sebenernya dengan permainan musik yang sama terus-menerus, nggak begitu jelas berapa lagu yang dimainin. Apalagi Napalm Death sengaja nggak menyusun setlist buat konser berdurasi nggak kurangdari 1,5 jam ini.

Makin nggak jelas lagi lantaran sejumlah lagu berdurasi kurang dari 2 menit dan direndeng berturut-turut. Yang jelas mereka nggak khawatir kehabisan stok lagu. Pasalnya nih band tercatat udah merilis 12 album. Acungan dua jempol patut diberikan buat Napalm Death. Meski memainkan lagu yang bener-bener menguras energi, nggak ada satupun di antara personil yang staminanya terlihat kedodoran.Terutama vokalis yang suaranya nggak juga kunjung serak beneran. Sebaliknya penonton mulai terlihat kepayahan mendekati akhir konser. Hanya saja nggak sampai mengurangi sambutan antusiasnya. "This song is dedicated to tsunami victims in Aceh. May they rest in peace," begitu kata vokalis Barney sebelum memainkan lagu The Great and the Good. Ungkapan simpati menjelang akhir konser ini sekaligus membangkitkan lagi semangat penonton. Ternyata meski metal abis, mereka nggak lantas cuek. Tapi asal tau aja, lagu tadi emang mereka bikin buat ngumpulin dana bagi korban tsunami. Akhirnya konser yang melelahkan ini ditutup dengan lagu F**kNazi. Penonton maupun penampil terlihat sama-sama puas. (*)

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x