Baca Juga: Pengakuan Ari Lasso Ini Nunjukin Kehidupan Musisi Itu Jauh dari Dugem
Melakukan seks karena ada perasaan takut seperti ini, malah membuat pelaku menyesal, tak lama setelah seks dilakukan.
Ruli (21), mengakui meski ia sudah tahu dampak seks pranikah, tapi ia tetap melakukannya karena pernah ada rasa takut kehilangan pacarnya.
"Karena saya sayang sama dia dan takut kehilangan kalo menolak," katanya, waktu itu melakukan seks pertamanya saat duduk di bangku SMA.
Kemudian timbullahguilty feelingdan ia merasa sangat berdosa.
Menurut ahli, jika sudah ada perasaan seperti itu sebelumnya, secara psikologi orang yang pernah menyesal, hidup yang dijalani selanjutnya tak baik-baik saja. Orang ini selalu menyimpan perasaan luka yang mengurangi rasa bahagia.
Udah siap, nyimpen luka dan berbekas selamanya?
Cuma Ikut-ikutan
Nah, alasan lain remaja ngeseks di usia muda adalah tekanan dari teman sebaya yang menganggap berhubungan seksual dengan pacar adalah gaya hidup modern. Kalo nggak begituan, dianggap kuno.
Menurut psikolog Roslina Verauli, remaja yang masih cuma ikut-ikutan tren melalukan ini secara psikologi dia belom siap melakukannya. Berarti, pengaruh luar sangat masuk ke jiwanya, padahal mestinya kontrol tetap ada pada diri remaja, itu baru siap, melakukan sesuatu atas keinginan sendiri, bukan karena dorongan orang lain.
"Semua dimulai dari diri sendiri, terutama dalam memilih teman yang tepat. Teman yang baik pasti dapat membuat kita jadi pribadi yang lebih baik, bukan justru menjerumuskan," katanya.
Pengaruh teman sebaya memang sangat besar dalam perilaku anak. Remaja yang ingin berusaha menjaga keperawanannya mungkin dianggap kuno oleh teman-temannya.
Dalam hal ini remaja perlu dibangun kepercayaan dirinya agar tidak mudah terpengaruh dan ikut-ikutan tren yang tidak sehat.
3. Nggak siap nge-seks karena nggak tahu mau ngapain?
Minimnya pengetahuan seks membuat remaja nggak pede melakukannya dengan bijak. Beberapa yang nggak tahu soal seks ini akan pasrah dan mau-mau saja melakukan aktivitas seksual bersama orang lain, padahal dia sendiri nggak tahu konsekuensinya nanti apa.
"Kepercayaan dirinya perlu dibangun melalui eksistensi atau pencapaian mereka di bidang tertentu yang mereka suka. Remaja juga sebaiknya punya aktivitas fisik dan olahraga secara rutin sehingga energi libido dapat tersalurkan," ujar psikolog anak dan remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo.
Dengan bekal dan pemahaman yang cukup akan apa efek yang mungkin dihadapinya jika ia melakukan seks pada usianya, maka dia akan lebih pede melakukan geliat itu bersama pasangannya.
Baca Juga: Nggak Bisa Tidur Kalo Belom Masturbasi? Jangan Bertingkah, Ini Solusinya!
4. Remaja belum respect
Orang yang melakukan seksual pada usia remaja biasanya belum terbiasarespectterhadap dirinya sendiri. Mereka cenderung diam-diam, susah mengutarakan hal pribadi ke orang lain.
Hal ini salah satunya disebabkan karena hubungan dia dengan orangtua dan teman kurang hangat mjsalnya. Jadi, dia gampang mencari kehangatan pada orang lain.
Padahal menurut Vera, remaja harus dibentuk sejak kecil untuk menghormati dirinya, kehangatan kelaurga dan orang di sekitarnya akan membuat seseorang mudah mengutarakan apa pun yang meresahkan, termasuk soal seksualitas.
"Remaja diajarkan untuk respect terhadap dirinya sendiri sehingga tidak sembarang membolehkan dan membiarkan apapun terjadi pada dirinya," kata Vera.
5. Belum tahu aturan dan batasan
Menurut sebuah survei, banyak remaja melakukan hubungan seks yang belum waktunya itu di rumah, lebih tepatnya di kamar mereka sendiri.
Kebanyakan remaja nggak tahu batasan boleh tidaknya mengajak teman lawan jenis itu ke dalam kamar pribadi, yang seharusnya hanya sampai ruang tamu misalnya, senagian hanya sampai depan pintu.
Karena itu, mereka harus diberi pengajaran dan aturan jelas untuk menghindari situasi berduaan di rumah atau kamar.
Baca Juga: Mahasiswi Indonesia Terjerumus Jadi Kurir Narkoba, Kini Dituntut Hukuman Mati
Jadi, sewaktu tidak ada yang mengawasi, remaja sudah paham mana yang masih dalam batasan wajar, mana yang sudah kelewatan.
"Remaja harus bisa menunjukkan sikap tidak mau, menolak dengan tegas. Apa yang dikatakan atau ditunjukkan dari bahasa tubuh harus selaras. Kalo tidak justru akan memancing pasangannya," kata psikolog Anna Surti Ariani.
Nah, jika sampai terjadi pemaksaan masuk ke kamat atau ada adegan kekerasan, remaja yang udah punya pengetahuan akan berani melawan dan melindungi dirinya. (*)