Jaringan 5G juga diklaim bisa menekan sistem kekebalan. Klaim ini juga semakin memberi informasi berlebihan yang nggak benar kepada masyarakat.
Sebab, teori ini secara langsung menunjukkan informasi yang salah tentang kerentanan seseorang terkena virus akibat teknologi 5G.
Teori konspirasi dari pemerintah
Kendati demikian, teori konspirasi yang bermunculan juga memberikan banyak peluang bagi pemerintah di sejumlah negara. Seperti dilansir dari New York Times, mengantisipasi serangan politik dengan memanfaatkan kondisi pandemi virus corona ini, nggak sedikit pemerintah yang memperdagangkan klaim palsu mereka sendiri.
Seorang pejabat senior China mendorong klaim virus itu diperkenalkan ke negara ini oleh anggota Angkatan Darat Amerika Serikat. Lebih buruknya, tuduhan itu diizinkan berkembang di media sosial China yang dikontrol ketat.
Di Venezuela, Presiden Nicolás Maduro menyarankan virus itu sebagai bioweapon Amerika yang ditujukan untuk China.
Sedangkan di Iran, para pejabat menyebut wabah virus corona sebagai rencana untuk menekan pemungutan suara di sana.
Bahkan gerai-gerai yang mendukung pemerintah Rusia, termasuk cabang-cabang di Eropa Barat, telah mempromosikan klaim bahwa Amerika Serikat merekayasa virus untuk merusak ekonomi China.
Klaim sesat juga merebak di Italia, sebagai negara dengan angka kasus virus corona tertinggi di Eropa. Matteo Salvini, pemimpin Partai Liga anti-migran Italia, menulis di Twitter bahwa China telah merancang "supervirus paru-paru" dari "kelelawar dan tikus."
Presiden Jair Bolsonaro dari Brasil telah berulang kali mempromosikan pengobatan virus corona yang nggak terbukti, dan menyiratkan virus itu kurang berbahaya daripada yang dikatakan para ahli.
Facebook, Twitter dan YouTube semuanya mengambil langkah luar biasa untuk menghapus unggahan tentang klaim sesat terkait virus corona tersebut.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dari Senjata Biologis hingga 5G, Ini Teori Konspirasi Sesat tentang Corona"