Follow Us

Hampir Jadi Korban Kanibalisme, Intip Perjuangan Perempuan Austria Pas Traveling ke Suku Batak Kuno

Al Sobry - Selasa, 21 April 2020 | 13:10
Prajurit Tanah Batak yang menyandang parang dan tombak, sekitar 1870.
Bayu Dwi Mardana Kusuma

Prajurit Tanah Batak yang menyandang parang dan tombak, sekitar 1870.

Kemudian, Ida bangkit dan mencoba berbicara kepada lelaki beringas di dekatnya dengan bahasa separuh Melayu dan separuh Batak.

Sembari tersenyum Ida berkata, “Mengapa Anda tidak berkata saja bahwa Anda akan membunuh dan memakan seorang perempuan tua seperti saya. Saya pastilah sangat sulit dimakan dan alot.”

Ida, dengan gaya pantomimnya, berusaha menjelaskan kepada mereka bahwa dirinya tidak takut apapun. Bahkan, apabila mereka menginginkannya, dia rela dibawa oleh mereka asalkan mereka mengantarnya ke Eier Tau—Danau Toba.

Kemudian para lelaki beringas dan bertombak itu melepaskan tawa mereka.

Baca Juga: HINDIA Lengkapi Project N yang Resmi Jadi Penutup Omne Trivium Perfectum RAN Lewat Lagu Si Lemah

Barangkali, kepercayaan diri yang Ida tunjukkan telah membuat suatu kesan bersahabat kepada mereka. Pada akhirnya, mereka menyambut Ida dengan uluran tangan, dan lelaki bertombak yang melingkari perlahan membuka jalan untuk dirinya.

Ida bersuka cita lantaran terlepas dari bahaya di pedalaman Sumatra. Dia pun berhasil berjejak di tepian Danau Toba dengan selamat.

Ketika peristiwa itu telah dua tahun berlalu, Ida telah kembali ke kampung halamannya di Wina, Austria. Dia terkejut pada satu pemberitaan dari Hindia Belanda.

“Saya membaca surat kabar yang mewartakan bahwa tiga misionaris asal Prancis di pedalaman Tappanolla, Batak; telah terbunuh dan dimangsa oleh para kanibal ditengah perayaan dengan tarian dan musik.”

Sejatinya kisah suku kanibal di Sumatra telah diwartakan pertama kali oleh Niccolò de' Conti, penjelajah asal Venesia yang berjejak di Sumatra pada awal abad ke-15.

Rumor tentang suku tersebut terabadikan juga dalam catatan lain pada abad ke-19 dari Thomas Stamford Raffles, Friedrich Franz Wilhelm Junghuhn, dan Oscar von Kessel.

Kisah tentang Ida Pfeiffer ini merupakan cuplikan dari A Lady's Second Journey Round the World: From London to the Cape of Good Hope, Borneo, Java, Sumatra, Celebes, Ceram, the Moluccas, Etc., California, Panama, Peru, Ecuador, and the United States, Volume 1. Buku tersebut merupakan catatan perjalanan Ida yang terbit di London pada 1855.

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest