Wes mengatakan: “Saat bertugaskomandan menyuruhku menembak ke sebuah gedung.Aku tak bisa melihat apa-apa dan bertanya mengapa.Dia berteriak, 'lihat tembok di bawahmu'."
"Aku mencondongkan tubuh ke depan dan saat itulah kenyataanterlihat bahwa kami sedang berada di zona perang."
Kemudianpada 2010, saat berolahraga di gym, gumpalan darah melewati katup di hati Wes dan mencapai lehernya - menghentikan aliran darah ke otak.
Dia mengalami buta sebagian selama sembilan jam dan akhirnya menjalani operasi dengan peluang hidup 1 banding 2.
Wes berhasil selamat dari operasi itu dan bertemu wanita yang kini jadi istrinya, Holly, yang saat itu bekerja di rumah sakit tersebut.
Setelah pulih dari operasi, Wes mengalami pengalamandekat dengan kematiannya yang kesembilan dan yang paling dramatis.
Baca Juga: Korbankan Nyawa Sendiri, Bocah 12 Tahun Tewas usai Selamatkan Nyawa Teman yang Tenggelam di Sungai
Dia bekerja sebagai instruktur pelatihan di pusat skydiving ketika lompatan rutin yang dilakukan saat itu menjadi buruk.
Wes mengatakan: “Sudut dan kecepatan lompatan mematahkan duatali parasutkuyang membuatkuberputar-putar menujutanah."
“Satu-satunya hal yang bisaaku lakukan adalah memotongnya dan mengerahkan parasut cadangan."
Pemotonganbiasanya dilakukan saat berada di ketinggian 2.000 kaki, tapisaat itu melakukannya di ketinggiansekitar 500 kaki dan sekitar 10 detiksebelum menyentuh tanah.