Follow Us

Berpulang, Berikut 'Peninggalan' Djaduk Ferianto Untuk Musik Indonesia

Rayhadi Shadiq - Rabu, 13 November 2019 | 18:54
Penampilan Djaduk Ferianto bersama KUA Etnika
KOMPAS.COM/KISTYARINI

Penampilan Djaduk Ferianto bersama KUA Etnika

HAI-Online.com - Djaduk Ferianto baru saja berpulang meninggalkan kita semua, Rabu (13/11/2019) dinihari. Lalu, apa saja 'peninggalannya' untuk musik Indonesia?

Seniman multitalenta ini lahir di Yogyakarta, 19 Juli 1964.

Ia adalah anak bungsu dari Bagong Kussudiarja, seorang koreografer dan pelukis senior asal Indonesia. Djaduk juga merupakan adik Butet Kartaredjasa.

Diberitakan Harian Kompas (22/2/1995), bakat seni Djaduk memang sudah terlihat sejak kecil.

Hal itu juga karena seluruh anggota keluarganya emang akrab sama dunia seni.

Ayahnya pemilik sanggar seni sekaligus pusat latihan tari.

Djaduk merupakan jebolan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta.

Baca Juga: Pantai Oetune, Keindahan Asli Indonesia yang Mirip dengan Gurun Sahara

Tahun 1972, Djaduk muncul dengan musik tradisonal kendang, kemudian mendirikan kelompok musik anak-anak Rheze, dan di Taman Madya Tamansiswa sekolahnya mendirikan grup musik Wathathitha.

Grup Rheze ini di tahun 1978 keluar sebagai Juara I Lomba Musik Humor Tingkat Nasional.

Nggak cuma kuat di perkusi aja, Djaduk juga tampil sebagai penghibur yang kreatif lewat berbagai karya pantomim dan gerak tari. Berbagai pentas musik di dalam di luar negeri kemudian dijalaninya.

Dekade 90-an, Djaduk membentuk OK Sinten Remen. Orkes keroncong yang merupakan peleburan dari dua orkes keroncong binaan Djaduk, yakni KPB dan Sukar Maju.

Medio 1995, Djaduk kemudian membentuk KUA Etnika. Sampai sekarang, kelompok musik besutannya itu selalu tampil di beberapa festival jazz besar. Misalnya pada festival jazz tahunan Ngayogjazz di Yogyakarta, atau gelaran Jazz Gunung di Bromo, Jawa Timur.

Baca Juga: Setahun Berlalu Sejak Stan Lee Pergi, 7 Jasanya di Bidang Sains Ini Tetap Abadi

Acara Ngayogjazz itu sendiri juga merupakan ‘peninggalan’ dari Djaduk. Sebab ialah yang memprakarsai festival musik jazz ini di Yogyakarta.

Dihelat perdana tahun 2007, festival ini masih berlangsung hingga tahun ini.

Bahkan, Djaduk dikabarkan meninggal setelah memimpin rapat terakhir persiapan festival Ngayogjazz tersebut.

Hingga gelaran terakhirnya di edisi 2018, Ngayogjazz menjadi acara tahunan besar yang menyedot atensi ribuan penonton karena konsep acaranya yang unik.

Sebagai informasi tambahan, kendati tanpa Djaduk, Ngayogjazz 2019 yang jadi festival ‘peninggalannya’ itu akan tetap berlangsung pada 16 November mendatang.

"Kami berusaha untuk tetap meneruskan Ngayogjazz dalam rangka mengenang Mas Djaduk," ujar Board Creative Ngayogjazz Novindra Dirantara, seperti diberitakan Kompas.com.

Artikel ini juga telah tayang di Kompas.com dengan judul Mengenang Seniman Musik Djaduk Ferianto...

Source : Kompas.com

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest