Follow Us

Kisah Masa Muda B.J. Habibie yang Merupakan Sosok Penyendiri Namun Tetap Bisa Bergaul

Ricky Nugraha - Kamis, 12 September 2019 | 11:00
Presiden ke-3 Indonesia, BJ Habibie sewaktu muda.
Dokumentasi Majalah HAI

Presiden ke-3 Indonesia, BJ Habibie sewaktu muda.

HAI-online.com - Indonesia baru saja kehilangan salah satu sosok berpengaruh yang juga menjadi presiden ketiga Indonesia, yaitu Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang lebih sering disapa B.J. Habibie.

Banyak kisah menarik yang bisa diambil semasa hidup tokoh kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 tersebut.

Salah satunya adalah kisah masa muda almarhum, yang juga pernah dimuat di Majalah HAI edisi 10 Agustus 1982 dengan judul “Menteri Habibie, Mr. Crack yang Aleman untuk Mencapai Sasaran Harus Rasional”.

Sejak kecil, B.J. Habibie memang senang menyendiri. Beliau tak pernah ambil pusing dengan keadaan sekelilingnya.

Baca Juga: Presiden Ketiga Republik Indonesia BJ Habibie Meninggal Dunia

Juga tak terpengaruh oleh teman-teman yang selama di Jerman bersikap santai.

Santai yang dimaksud terkait dengan status beasiswa teman-temannya yang tidak mengikat, tidak seperti dirinya.

"Saya tidak merasa lebih pinter, tidak merasa lebih bodoh, tidak merasa iri dan juga tidak mengganggu. Memang dari kecil saya bermain sendiri,” ujarnya.

Sendiri, tapi bukan berarti tak bisa bergaul. Habibie tetap bergaul dengan teman-teman yang lain.

Baca Juga: Pak BJ Habibie, Sosok Cowok Sejati dalam Mencintai Kekasih Hati

"Kalau sedang sendiri, bukannya saya memikirkan problem sendiri. Saya berjam-jam membaca filsafat dan sajak-sajak, dalam bahasa apa pun," kenangnya.

Tapi setelah itu dia pun bisa melanjutkan dengan berjam-jam lagi membaca buku mekanik, menelaah persoalan tertentu.

Karenanya tidak ada kegairahan untuk pergi dansa, nonton, ngluyur.

Namun Habibie mengaku dirinya tidak menutup pintu jika ada undangan untuk pesta, baik acara ulang tahun maupun dansa.

"Kalau di situ ada dansa, ya saya dansa. Masak orang dansa saya di pojok saja? Suruh nyanyi, ya, nyanyi. Suruh cuci piring, ya, cuci piring,” kenang Habibie.

Baca Juga: Presiden BJ Habibie dan Teori Crack Temuannya yang Dipakai di Bidang Penerbangan Seluruh Dunia

Namun, pernah suatu kali saat sedang pesta, Habibie muda mengingat mobilnya yang rusak. Dia malah asik mengalkulasi kebutuhan untuk perbaikan.

“Pulang-pulang bongkar mobil, masuk ke kolong, selesai,” paparnya.

Selesai membongkar mobil, Habibie akan segera masuk rumah. Saat melihat surat kabar, dia akan fokus sejenak pada koran.

Namun, saat ‘santai’ itu pun bisa tiba-tiba diselingi oleh ingatan tentang persoalan kantor atau kapal terbang, atau persoalan dari kawan.

Baca Juga: 4 Pekerjaan yang Dianggap Remeh, tapi Berperan Besar dalam Kesuksesan Konferensi Asia-Afrika 1955

“Jadi tidak pernah ngluyur, nganggur, kecuali kalau tidur. It's True," ujar Habibie.

Habibie memang pemikir. Tapi tak mengurangi kesempatan untuk terjun ke dalam politik. Pun sejak masih menjadi mahasiswa di Jerman.

Ia pernah terpilih sebagai ketua perhimpunan pelajar di Aachen. Di situlah terlihat, walau senang menyendiri, dia tak bersifat individualistis.

"Kalau individualistis, tak mungkin toh?"

Source : Majalah HAI

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

Latest