Hai-Online.com - Gundala telah menembus satu juta penonton dalam seminggu penayangan di bioskop. Film garapan sutradara Joko Anwar tersebut menjadi film pertama keluaran dari BumiLangit Cinematic Universe (BCU).
Balik ke tahun 80an, film adaptasi Gundala pertama kali pernah dibuat oleh Liliek Sudjio, dengan judul Gundala Putra Petir yang diperankan oleh Teddy Purba.
Kalau kita menengok perbandingan film Gundala (2019) dan Gundala Putra Petir (1981), apa saja sih fakta-fakta di balik keduanya?
- Aktor Pemeran Gundala
Kalau ditanya siapa yang lebih cocok peranin Gundala, yang pasti antara Abimana Aryasatya dan Teddy Purba, keduanya sama-sama berhasil memerankan patriot penyelamat bangsa dan pembasmi kejahatan.
Dengan karisma yang berbeda, Gundala versi 1981 lebih tampil dalam komikal dan terlihat lincah. Sebaliknya, Gundala versi Joko Anwar tampil lebih serius dan karismatik, mungkin karena yang peranin Abimana, ya.
Tingkah laku yang berbeda ini justru menampilkan bahwa dua-duanya bisa menyeimbangi kualitas Gundala versi mereka masing-masing. Tentunya di luar keterbatasan secara teknis syuting tahun 80an.
- Rombak Warna Kostum Gundala
Dengan jaket merah yang Sancaka sering pakai ke tempat kerja, ia buat semacam handmade ditempel sana sini dengan pelapisan hitam semacam buat ban mobil.
Meski agak sedikit mirip dengan kostum Deadpool, kostum Gundala jelas ada bedanya dari antena di bagian telinga. Kedua Gundala, sama-sama memiliki antena yang bentuknya kayak sayap burung dan warna putih.
Gundala versi 1981 sebetulnya nggak kalah keren kostumnya. Dengan boots dan sarung tangan merah panjang, versi Teddy Purba ini justru lebih mendominasi warna terang. Mungkin, karena disesuaikan dengan karakter Gundala dulu yang agak komikal.
- Asal Mula Terlahirnya Gundala
Pertemuan dengan si dewa sendiri agak misterius dan itulah alasan disebutnya Gundala Putra Petir, karena memang “bapaknya” ialah si dewa petir.
Julukan ‘Putra Petir’ sendiri datangnya juga dari si Dewa Petir, yang diperankan oleh Pitrajaya Burnama. Julukan tersebut mengantar kita pada si Putra Petir yang memiliki kecepatan kilat dan kekuatan petir dari tangannya.
Sebaliknya, Gundala versi Joko Anwar membangun kisah tokoh Sancaka ini dari zaman ia masih bersama ibu dan bapaknya di latar sebuah permukiman buruh pabrik.
Sancaka dalam Gundala versi baru mendapatkan kekuatannya dari petir yang selalu menyambar dirinya, yang datang saat hujan besar. Kiat-kiat tersambar, pada film kita akan sangat sering melihat Sancaka yang sengajain dirinya untuk kesamber, biar dapat kekuatan petir.
- Tentang Obat Anti-Candu dan Vaksin
Pada versi Liliek Sudjio, Gundala ikut bekerja sama dengan seorang profesor (diperankan Ami Prijono) dan rekan ilmuan lainnya untuk membuat serum anti-candu yang akan menyelamatkan para pecandu narkoba.
Sedangkan, versi Joko Anwar, serum atau obat diharapkan untuk para ibu hamil yang ingin supaya keturunannya memiliki moral yang baik.
Kalau secara singkat, dua-duanya ingin dunia lebih baik, ya nggak? Meski banyak perbedaan, tetapi kedua Gundala berhasil membawa atmosfir yang segar untuk perfilman Indonesia, baik di era 80an maupun sekarang ini.
Penulis: Felix