Follow Us

Review Si Doel The Movie: Mandra Juara, Anak Betawi ya Gitu-gitu Aja

HAI Internship - Rabu, 08 Agustus 2018 | 11:53
Salah satu adegan di film Si Doel The Movie

Salah satu adegan di film Si Doel The Movie

Nostalgia jadi jualan utama film ini. Saat menonton di bioskop, HAI perhatikan banyak banget penonton yang kelihatan usianya di atas 20 tahun. Dan rata-rata adalah mereka yang emang nonton sinetron Si Doel Anak Sekolahan sejak dulu. Emang sih, kalau kalian nggak nonton sinetronnya atau minimal tau apa yang terjadi sebelumnya, pasti bakal kebingungan banget.

Pasalnya, film ini memberikan banyak banget update atau penyelesaian dari berbagai hal yang terjadi di sinetronnya. Entah apa yang terjadi pada para pemainnya selama ini, seperti meninggalnya Mas Karyo (Basuki), Atun dan Mas Karyo yang udah punya anak, atau Doel yang akhirnya menikah sama Zaenab pasca Sarah pergi ke Belanda.

Aspek nostalgia ini sayangnya, menurut HAI sih kerasa flat banget. Konflik yang dibangun kurang menggigit, selain konflik cinta segitiga dan konflik antara Doel dan Dul. Kayaknya, semua konflik itu cuman untuk membangkitkan nostalgia penonton aja.

Padahal, sebuah film baru harusnya bisa menghadirkan konflik baru yang lebih asik untuk disimak. Tak hanya menghadirkan konflik lama, dengan sedikit pulasan, tapi nggak ditambah dengan dramatisasi baru.

Selain itu eksplorasi cerita dan tokohnya juga kurang banget digarap. Eksplorasi cerita pun hanya berbasis ya itu tadi, update dan penjelasan yang ditinggalkan sama sinetronnya dulu. Nggak ada cerita lain yang seharusnya dimiliki sebuah film sekuel pada umumnya.

Pengembangan penokohan juga miskin banget. Tokoh-tokohnya hanya seperti ditampilkan ulang dari sinetronnya dulu. Nggak ada proses pendewasaan dari masing-masing tokoh.

Padahal character development itu krusial banget untuk sebuah penceritaan. Lagian kayak nggak mungkin selama 14 tahun itu para tokoh nggak mengalami proses perubahan dalam diri mereka.

Selain dari tokoh-tokoh yang ada, HAI juga menyayangkan banget nggak ada penulisan yang bagus untuk tokoh Dul (Rey Bong).

Dul ini anaknya Dul dan Sarah, yang adalah pertanyaan nggak kejawab dari seri sebelumnya. Harusnya, kalo dijadikan konflik utama dalam film ini bakal bagus banget.

Misalnya, konflik ayah-anak yang udah nggak ketemu 14 tahun. Itu bakal asik banget nggak sih, sob? Sayangnya Dul cuman muncul di 1/4 menuju akhir film. Penulisannya sedikit, dengan sedikit dialog, sedikit screen time, dan sedikit peran.

Yang lebih mengecewakan, film dibuat menggantung dengan Doel dan Mandra yang balik ke Jakarta. Lalu Dul dan Sarah yang berjanji tahun depan bakal pulang ke Indonesia dan tinggal di sana. Itu nunjukin banget kalau film ini nantinya bakal dibuat kelanjutannya lagi.

Hal yang meragukan karena jangan-jangan hanya bakal jualan nostalgia lagi tanpa mengaduk-aduk perasaan penontonnya.

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest