Sang penguasa menilai para pemain Korut tidak disiplin dan melawan norma yang diterapkan selama di Inggris.
Dua hari sebelum berlaga melawan Portugal, para pemain Korut ketahuan pergi minum-minum di bar di Liverpool. Mereka bahkan ditemani para gadis.
Di lapangan, jejak ketidakdisiplinan itu terlihat. Dalam waktu 30 menit, mereka seperti kehabisan bensin.
Rezim Kim II Sung berang dan menganggap mental para pemain telah dikorupsi oleh paham imperialis barat.
Hanya kiper Park Douik yang tidak dimasukkan ke Gulag.
Berdasarkan laporan intelijen, Douik tidak ikut berpesta bareng teman-temannya karena sakit perut. Jadi, selamatlah dia dari hukuman penjara.
Kisah menyeramkan ini terkuak berdasar cerita Kang Chol-hwan, seorang tahanan politik sekaligus penulis buku The Aquariums of Pyongyang.
Di Gulag, Kang mengaku bertemu Park Seung-zin, salah satu pemain timnas Korut pada 1977.
Kala itu Park mendapat hukuman tambahan karena ketahuan mencuri dan membantah penjaga setelah beberapa saat menjalani hukumannya.
Park diisolasi selama beberapa minggu dalam ruangan sempit yang tak pernah dibuka, dan tak memiliki penerangan.
Ia juga tak diberi makan, sehingga harus memakan kecoa untuk bertahan hidup.
Meski begitu, kebenaran klaim Kang dalam bukunya diragukan beberapa pihak.