"Dalam menanggapi situasi seperti tersebut di atas, pimpinan Dewan, baik ketua maupun wakil-wakil ketua, mengharapkan, demi persatuan dan kesatuan bangsa, agar Presiden secara arif dan bijaksana sebaiknya mengundurkan diri," kata Harmoko, dikutip dari arsip Kompas yang terbit 19 Mei 1998.
"Pimpinan Dewan menyerukan kepada seluruh masyarakat agar tetap tenang, menahan diri, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mewujudkan keamanan ketertiban supaya segala sesuatunya dapat berjalan secara konstitusional," tutur Harmoko.
Tapi ternyata, para pejabat penting lainnya, seperti Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto, menganggap pernyataan Harmoko itu adalah pernyataan pribadi.
Mahasiswa pun tetap menduduki gedung DPR/MPR karena nggak percaya begitu saja dengan Harmoko dan tetap menuntut Sidang Istimewa
Menanggapi peristiwa tersebut, Soeharto berdiskusi dengan 9 tokoh islam separti Islam seperti Nurcholis Madjid, Abdurachman Wahid, Malik Fajar, dan KH Ali Yafie. Walau sudah diberita tahu tentang gejolak yang terjadi, Soeharto saat itu tetap nggak mau mundur. Ia minta pembentukan Komite Reformasi.
Sampai 20 Mei, ribuan mahasiswa masih menduduki gedung MPR/DPR untuk mendesak Soeharto mundur. Hingga pada 21 Mei 1998, di Istana Merdeka, pukul 09.05, Soeharto mengumumkan bahwa dirinya mundur dari kursi presiden dan BJ Habibie disumpah menjadi Presiden RI ketiga.
Perjuangan mahasiswa berhasil.
Sumber:
20 Tahun Reformasi, Kisah Mahasiswa Kuasai Gedung DPR pada 18 Mei 1998. Kompas.com Penulis: Bayu Galih
Kronologi Kelengseran Soeharto, Mei 1998. Kompas.com