Pemain baru lainnya, Edu, mengambil posisinya dan pria asal Belanda secara nggak langsung terlempar dari tim inti. Doi pindah ke Barcelona pada tahun 2003 sebagai status pinjaman, sebelum sepakat harga sebesar 2 juta euro. Di Camp Nou dia berhasil digeser menjadi bek kiri, posisi yang dia mainkan ketika Barça menangin Liga Champions pada 2006 dan ngalahin Arsenal.
4. Marco Materazzi (Everton)
Korban sundulan maut Zinadine Zidane ini juga pernah korban ganasnya Liga Inggris. Sepanjang musim 1998/1999, doi cuma ngoleksi tiga kartu merah dan 11 kartu kuning. Makanya, Materazzi balik lagi ke Peruggia, klub yang membesarkan namanya.
Bek super tangguh yang satu ini bikin ngalahin rekor Daniel Pasarella bek dengan jumlah gol terbanyak di Seria A (12 gol). Ketangguhan The Matrix menarik hati Jose Mourinho. Dan pada musim 2009/2010, Materazzi bantuin Inter menangin Trebel Winners termasuk The Big Ears.
5. Gerard Pique (Manchester United)
Sayangnya, duet Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic di lini pertahanan MU terlalu kuat buat ditembus. Musim panas 2008, Pique yang ngaku kangen sama kampung halamannya, minta dibalikin ke Barcelona dan Opa Fergie ngelulusin kemauan doi. Hasil? Tiga kali Barca juara Champions League, dua di antaranya lawan Manchester United.
6. Jerome Boateng (Manchester City)
Boateng dipaksa jadi full-back, bukan centre back posisi andalannya. Pemain Jerman itu dicoret dari skuat inti The Citizenz sebelum saat musim panas pindah ke Bayern Munich. Boateng ngangkat Piala UCL musim 2013 sebelum menangin World Cup 2014 bareng Der Panser. Sebuah 'kebetulan' yang hakiki.
7. Sylvinho (Arsenal)