Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Rekomendasi 7 Buku Musik Indonesia Yang Asik Dibaca

Rizki Ramadan - Sabtu, 21 April 2018 | 10:00
Ilustrasi buku musik Indonesia.
Alvin Bahar

Ilustrasi buku musik Indonesia.

HAI-ONLINE.COM - Rekomendasi buku musik Indonesia yang dimaksud bukan yang isinya notasi atau kunci gitar beserta lirik. Hai mau ngajak kalian untuk menikmati dan merayakan musik dari cerita-cerita yang melingkupinya. Setuju dong kalau musik itu bukan cuma soal band, lagu, merchandise¸dan festival? Musik adalah budaya.

Membaca buku-buku tentang musik ini bakal bikin kamu makin ngerasa bahwa musik nggak bisa lepas dari hidup kita. Penulis musik Taufiq Rahman juga bilang bahwa menulis musik adalah menulis tentang manusia. Buku yang Hai bahas di sini semua ditulis oleh penulis Indonesia (karena sebenernya ada buku tentang musik di Indonesia yang ditulis bule), sebagian penulis adalah jurnalis pencinta musik, sebagian adalah mereka emang menjalani profesi sebagai musisi. Tapi beberapa buku nggak akan kamu temui di toko buku Gramedia karena mereka menerbitkannya secara indie.

Kategori buku musik yang bahas di sini adalah buku kumpulan tulisan musik entah itu ulasan album, opini, atau reportase mendalam; buku biografi musisi; buku penelusuran sejarah musik; dan buku yang membahas musik sebagai hobi.

Cek: Asiknya Jadi Kolektor Kaset: Bisa Jadi Investasi, Hingga Jadi DJ

Buku musik Indonesia

Buku musik Indonesia

Setelah Boombox Usai Menyalak – Herry Sutresna (Ucok “Homicide”)

Buku ini 227 halaman ini berisi 27 tulisan Ucok tentang musik. Tulisan yang membukanya adalah cerita perkenalannya dengan musik berjudul “Bapa”. Tulisan yang sangat menyentuh. Ucok cerita tentang gimana sosok ayahnya sangat berpengaruh terhadap dirinya. Karena ayahnya, Ucok kenal musik. Ia sering menyetel musik di rumah dari mulai Black Sabbath, Bing Slamet, The Beatles, ABBA, hingga Koesplus. Saat SMA dulu, Ucok dan ayahnya juga sering berburu kaset bersama ke toko-toko hingga ke loakan.

“Music adalah media terbaik untuk menyimpan memori,” kutip Ucok mengingat betapa ia selalu mengenang bokapnya tiap kali mendengar Black Sabbath “Vol. 4”

Di tulisan-tulisan setelahnya, Ucok mengajak kita untuk menyelami musik—kebanyakan yang bertema protes serta eksistensi diri--dari mulai Hip Hop, punk, hingga musik post-rock dari Godspeed You! Black Emperor dengan kacamata politik, sosial, dan filsafat. Beberapa tulisan yang Hai highlight adalah “10 Lagu Protes Lokal Terbaik” dan “Making Punk A Threat Again”

Grunge Still Alive - YY Buku ini ditulis oleh personel band grunge asal Surabaya, Klepto Opera. Nama panggung penulis adalah YY (tebak, nama aslinya siapa hayo?).

Di buku ini, YY memulai cerita dari perkenalannya dengan grunge saat SMA (doi sampe cabut dari band metalnya dan bikin band grunge setelah kenal Smells Like Teen Spirit) lalu langsung masuk ke cerita tentang apa itu grunge, kelahiran grunge di Seattle yang kemudian mendunia hingga diserap Indonesia. Tahukah kamu kalau para pencinta musik grunge punya kebiasaan bertukar flanel sebagai bentuk kenang-kenangan?

Kerennya lagi, YY nggak cuma merujuk ke banyak literasi musik, tetapi juga melibatkan lebih dari 200 responden. Oke, biar kamu makin penasaran sama buku ini. Coba ecamkan pernyataan YY ini: “Nirvana = Grunge. Grunge = Nirvana?”

Salam grunge!

Halaman Selanjutnya

#GilaVinyl - Wahyu Acum

Topic :Let The Music Live

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x