Follow Us

Bagaimana Arus Pinggir Skena Musik Indonesia Semakin Deras

Fadli Adzani - Jumat, 09 Maret 2018 | 02:30
Gigs Lokal
Fadli Adzani

Gigs Lokal

“Kita memberikan wewenang terhadap band, label hanya sebagai pihak yang membantu memfasilitasi perilisan, publikasi dan manage aja,” ujar Daffa ketika ditemui di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat.

Namun, Daffa dan teman-temannya nggak mau gegabah dalam merekrut sebuah band, apalagi meriliskan album mereka begitu aja. Belajar dari yang udah-udah, Daffa pun menceritakan kisah sukses Aksara Records yang dengan jeli bisa mengorbitkan nama band sidestream.

“Setelah gue telaah, di dalam label Aksara Records, walaupun independen, gue tau mereka tetap punya arahan atau kurasi tertentu. Karena, label independen yang baik itu nggak serta-merta melepas musisinya begitu aja. Tapi tentu juga mengarahkan, memberi opsi dan saran, entah itu dari segi musikal atau artistiknya,” tambahnya.

Bedchamber
Sesudah merilis album musisinya, label independen memiliki tugas lain, yakni menyediakan panggung Kolibri Rekords memiliki gigs rutin bernama Internet Fwendz dan Who Let The Birds Out. Nggak hanya itu, mereka juga nggak jarang mengadakan tur ke luar kota untuk mengenalkan band-bandnya.

Begitu juga Orange Cliff, label independen Bandung, Jawa Barat yang gemar mengadakan gigs untuk mengorbitkan artis-artis yang albumnya mereka riliskan.

Otomatis, munculah pendengar baru yang setia mengeksplor band-band antah berantah ini, yang akhirnya memicu terciptanya pasar baru. Seperti yang pernah disampaikan Cholil Mahmud, pentolan grup musik Efek Rumah Kaca melalui lagunya, Pasar Bisa Diciptakan.

Seperti kata Indra Ameng, Direktur Program Ruang Rupa (Ruru) yang meyakini bahwa lagu Pasar Bisa Diciptakan ditujukan kepada para seniman yang sedang berupaya keras mengenalkan karya mereka.

“Kalo perspektif gue, lagu itu membuat kita percaya diri atas apa yang kita bikin, kalo kita suka dan merasa bahwa apa yang kita ciptakan itu bagus, pasti yang dengerin dan nonton juga akan senang,” tegas Ameng, yang juga menjadi kurator untuk acara-acara seperti RRRec Fest dan Superbad!, dua gigs yang keberadaannya sangat disyukuri oleh musisi arus pinggir.

“Menurut gue, scene (sidestream) di Indonesia udah semakin terbentuk, ada loyalitas di dalamnya. Kita harus menciptakan pasar sendiri, pasti ada yang dengerin, mau sebusuk apapun musiknya,” ujarnya tegas.

Karena pasar bisa diciptakan, sebenarnya musik sidestream bisa menjadi mainstream. Itulah yang terjadi sekarang, karena seunik-uniknya selera musik, dengan kreativitas dan kegigihan, pasti ada yang mau melirik. Kita nggak bisa menutup mata, nggak sedikit yang mendengarkan pop melayu, tapi nggak jarang juga yang mau dengerin punk dan aliran musik arus pinggir lainnya.

“Kenapa sekarang (musik sidestream) bisa berkembang, jelas selera orang beragam, dan selera orang yang beragam inilah yang harus dimasukkan, bukan nyari yang kuantitatif. Kita percaya bahwa itu nggak bisa dibantah, bahwa orang seleranya beragam,” tegasnya.

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest