Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Seluk-beluk Profesi Peneliti Sosial, Cocok Untuk Lo Yang Suka Penasaran Dengan Fenomena Sosial

Rizki Ramadan - Rabu, 18 Oktober 2017 | 01:15
Peneliti sosial sedang melakukan wawancara dan observasi di daerah pelosok
Rizki Ramadan

Peneliti sosial sedang melakukan wawancara dan observasi di daerah pelosok

Apakah kamu termasuk orang yang doyan mengamati perilaku orang-orang; suka penasaran sama suatu hal, selalu curiga sama suatu fenomena, dan percaya kalau ada sesuatu hal yang terjadi di balik suatu fenomena? Wah, jangan ngerasa rendah diri karena sering dianggap kepo dan kritis. Sifat kamu itu perlu dipelihara dan diasah. Di kemudian hari, sifat-sifat itu bisa menjadikan kamu seorang peneliti sosial yang andal, lho.

Yap, peneliti sosial itu adalah profesi yang kerjanya terjun ke masyarakat, mengamati dinamika kehidupan di situ, mengumpulkan data serta cerita, lalu menganalisis hasil temuannya itu untuk kemudian dijadikan laporan. Skema kerjanya persis kayak mahasiswa tingkat akhir yang sedang nyelesein skripsinya.

“Yap, kerja kami ya kayak bikin skripsi terus,” jelas Ibnu Nadzir, peneliti muda bidang Kemasyarakatan dan Budaya di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Ibnu bercerita kalau benih passion menelitinya ini pun muncul sejak SMA. Dia udah hobi banget baca tentang masyarakat, dan peradaban. Saat kuliah ia memilih jurusan Antropolgi Universitas Gadjah Mada demi memperdalam teori-teori tentang manusia dan kehidupan budaya dan sosialnya. Hingga pada 2011, selulusnya kuliah, Ibnu langsung masuk ke lembaga penelitian milik negara itu.

“Buat gue (jadi peneliti sosial) itu menarik. Gue jadi lebih paham apa yang terjadi dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat. Misalnya, gue jadi nggak gampang kagetan kalau ada konflik. Karena biasanya sudah ada gejalanya. Cuma aja kita nggak bisa membacanya,” kata cowok yang nyambi jadi pelatih kungfu di waktu luangnya ini.

Setahun ini, Ibnu bersama timnya sedang fokus meneliti tentang penggunaan media baru. Maklum, sekarang kan, konsumsi media di masyarakat berubah polanya, tuh. Kita jadi nempel banget sama ponsel dan internet.

“Kami sedang meneliti tentang penggunaan media baru dan perubahan sosial paska orde baru. Saat ini kami meneliti penggunaan ponsel. Kemarin gue sempat ke Makasar untuk meneliti penggunaan ponsel dan sosial media oleh komunitas di sana. Karena banyak juga yang melakukan pergerakan di media sosial tentang isu sosial,” cerita cowok 28 tahun ini.

Di lain waktu, Ibnu juga pernah ditugasi untuk meneliti masyarakat adat dan pengobatan alternatifnya di pedalaman Sulawesi Tengah. “Di sana pengobatannya masih menggunakan dukun. Mereka juga punya pengetahuan banyak soal tumbuhan untuk pengobatan, selain pengobatan yang terkait kepercayaan tertentu,” jelasnya. Untuk mencapai daerah tersebut, Ibnu mesti menempuh perjalanan berhari-hari.

Untuk kamu yang doyan bertualang, dan menemui hal-hal baru, pekerjaan ini pasti seru banget. Kabar baiknya, Ibnu bercerita kalau Indonesia tuh butuh banyak banget peneliti.

“Untuk menjadi negara maju, kita butuh banyak peneliti lagi. Apalagi sekarang ini populasi Indonesia kan semakin bertambah,” kata cowok yang bercita-cita menjadi Presiden Indonesia ini.

Tertarik jadi peneliti sosial? Yuk, simak info detilnya di halaman berikutnya

ilustrasi peneliti sosial
Proses Kerja

Baca Referensi – Cari Topik – Mengajukan Pertanyaan Penelitian – Baca Referensi Lagi – Rancang Metode Penelitian – Seminar ke Ahli - Turun Lapangan – Kategori dan Analisis Data – Menulis Laporan.

“Hasil penelitian sangat diharapkan untuk bisa sampai jadi buku dan lebih baik hingga jadi jurnal. Jurnal bisa jadi referensi untuk kalangan akademik lainnya,” kata Ibnu.

Banyak Dibutuhkan

Nggak cuma di LIPI, peneliti juga dibutuhkan, kok di perusahaan lain. Contohnya:

  • Divisi Research and Development di perusahaan.
  • Perusahaan marketing research
  • Lembaga penelitian politik.
  • Lembaga penelitian kampus
  • Jadi peneliti independen.
Syarat.

Senggaknya ada empat: rajin baca, rajin menulis, punya rasa penasaran yang tinggi, dan kritis.

“Peneliti harus pengen tahu terus. Jiwa kritis juga perlu, peneliti cenderung percaya kalau ada cara kerja yang nggak terlihat di balik fenomena. Membaca membantu kita punya kerangka pikir yang luas. Menulis bikin kita menyampaikan gagasan secara terstruktur,” ujar cowok yang nggak lama lagi bakal melanjutkan studinya ke Belanda ini.

DUKA Peneliti

Ibnu menyampaikan profesi peneliti itu kerap dianggap nggak terasa manfaatnya, “Banyak yang mengasumsikan kalau pekerjaan ini nggak punya impact langsung berupa produk atau pengembangan. Padahal, kan, ilmu pengetahuan hasil penelitian juga perlu dikembangkan. Peradaban yang baik dimulai dari ilmu pengetahuan yang baik.”

Yap, bener! Penelitian ke Mars yang menyita miliaran dolar pun nggak terasa manfaatnya sekarang. Tapi, NASA, bisa mulai tahu kalau di sana ada material sumber kehidupan.

Mulailah dari Kampus

Pertama, mulailah serius mengerjakan tugas kampusmu. Jangan pernah takut baca buku teori dan kalau ada tawaran menjadi asisten peneliti, jangan ditolak. Ikuti proyek-proyek penelitian sebanyak kamu bisa. “Dari situ, kita bakal banyak belajar tentang penelitian,” papar Ibnu.

Editor : Hai





PROMOTED CONTENT

Latest

x