Apakah kamu termasuk orang yang doyan mengamati perilaku orang-orang; suka penasaran sama suatu hal, selalu curiga sama suatu fenomena, dan percaya kalau ada sesuatu hal yang terjadi di balik suatu fenomena? Wah, jangan ngerasa rendah diri karena sering dianggap kepo dan kritis. Sifat kamu itu perlu dipelihara dan diasah. Di kemudian hari, sifat-sifat itu bisa menjadikan kamu seorang peneliti sosial yang andal, lho.
Yap, peneliti sosial itu adalah profesi yang kerjanya terjun ke masyarakat, mengamati dinamika kehidupan di situ, mengumpulkan data serta cerita, lalu menganalisis hasil temuannya itu untuk kemudian dijadikan laporan. Skema kerjanya persis kayak mahasiswa tingkat akhir yang sedang nyelesein skripsinya.
“Yap, kerja kami ya kayak bikin skripsi terus,” jelas Ibnu Nadzir, peneliti muda bidang Kemasyarakatan dan Budaya di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Ibnu bercerita kalau benih passion menelitinya ini pun muncul sejak SMA. Dia udah hobi banget baca tentang masyarakat, dan peradaban. Saat kuliah ia memilih jurusan Antropolgi Universitas Gadjah Mada demi memperdalam teori-teori tentang manusia dan kehidupan budaya dan sosialnya. Hingga pada 2011, selulusnya kuliah, Ibnu langsung masuk ke lembaga penelitian milik negara itu.
“Buat gue (jadi peneliti sosial) itu menarik. Gue jadi lebih paham apa yang terjadi dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat. Misalnya, gue jadi nggak gampang kagetan kalau ada konflik. Karena biasanya sudah ada gejalanya. Cuma aja kita nggak bisa membacanya,” kata cowok yang nyambi jadi pelatih kungfu di waktu luangnya ini.
Setahun ini, Ibnu bersama timnya sedang fokus meneliti tentang penggunaan media baru. Maklum, sekarang kan, konsumsi media di masyarakat berubah polanya, tuh. Kita jadi nempel banget sama ponsel dan internet.
“Kami sedang meneliti tentang penggunaan media baru dan perubahan sosial paska orde baru. Saat ini kami meneliti penggunaan ponsel. Kemarin gue sempat ke Makasar untuk meneliti penggunaan ponsel dan sosial media oleh komunitas di sana. Karena banyak juga yang melakukan pergerakan di media sosial tentang isu sosial,” cerita cowok 28 tahun ini.
Di lain waktu, Ibnu juga pernah ditugasi untuk meneliti masyarakat adat dan pengobatan alternatifnya di pedalaman Sulawesi Tengah. “Di sana pengobatannya masih menggunakan dukun. Mereka juga punya pengetahuan banyak soal tumbuhan untuk pengobatan, selain pengobatan yang terkait kepercayaan tertentu,” jelasnya. Untuk mencapai daerah tersebut, Ibnu mesti menempuh perjalanan berhari-hari.
Untuk kamu yang doyan bertualang, dan menemui hal-hal baru, pekerjaan ini pasti seru banget. Kabar baiknya, Ibnu bercerita kalau Indonesia tuh butuh banyak banget peneliti.
“Untuk menjadi negara maju, kita butuh banyak peneliti lagi. Apalagi sekarang ini populasi Indonesia kan semakin bertambah,” kata cowok yang bercita-cita menjadi Presiden Indonesia ini.
Tertarik jadi peneliti sosial? Yuk, simak info detilnya di halaman berikutnya
Proses Kerja