Diwawancarai oleh Rachel Aviv untuk The New Yorker pada Juni 2015, Distelmans mengatakan, "siapakah aku untuk meyakinkan pasienku bahwa mereka perlu menderita lebih lama dari yang diinginkan."
Untuk Distelmans dan politikus sekuler Belgia, hak untuk meninggal secara terhormat merupakan pencapaian bagi humanisme sekuler, satu dari tujuh sistem kepercayaan yang diakui oleh pemerintah Belgia.
Baca Juga: 10 Penyebab Kematian Terbesar di Dunia
Walaupun demikian, eutanasia nggak bisa dilakukan semena-mena. Dewan menteri Belgia mengangkat Distelmans sebagai ketua Federal Control and Evaluation Commition. Tugasnya memastikan tiap eutanasia mengikuti hukum.
Ketika pasien yang ditangani memiliki penyakit parah, dua dokter harus memastikan bahwa keinginan dan penderitaan pasien memang datang dari penyakit yang nggak disembuhkan.
Lalu, kalo kasus tersebut nggak disebabkan oleh penyakit yang nggak tersembuhkan, persetujuan harus datang dari tiga dokter.
Baca Juga: Ini Dia 4 Kematian Selebriti Yang Nggak Terduga
Peter Singer, filsuf moral dari Australia, dalam siaran Big Ideas di Radio National mengatakan, eutanasia yang kerap disamakan dengan pembunuhan dan bunuh diri dari dilihat secara kritis.
Ia mengatakan, eutanasia dalam filosofi harus dimulai dari pertanyaan mendasar, “mengapa Anda nggak boleh membunuh orang lain?”
Menurutnya, ada 3 alasan nggak membunuh: orang yang ingin Anda bunuh masih ingin hidup, Anda nggak berhak merenggut kehidupan dan kebahagiannya, dan Anda membuat orang-orang yang mencintai orang itu menderita.
Namun, bagaimana ketika ada orang yang ingin mati? Singer mengatakan, kalo kondisi itu yang terjadi, maka alasan pertama dan kedua jadi nggak berlaku.
“Kalau kita bicara soal euthanasia sukarela, membantu orang tersebut mati justru menghormati permintaan dan keinginannya,” ujar Singer.