Follow Us

Kenapa Suntik Mati Dilarang di Indonesia Tapi di Negara Lain Boleh?

Alvin Bahar - Selasa, 09 Mei 2017 | 12:15
Prediksi Kematian
Alvin Bahar

Prediksi Kematian

Dia melanjutkan, alasan kedua juga jadi nggak berlaku karena orang yang hidupnya bahagia nggak akan meminta eutanasia.

Baca Juga: Polisi Periksa Kembali Kasus Kematian Kurt Cobain

Mereka memohon karena kualitas hidup mereka telah jatuh hingga ke titik yang sudah nggak bisa ditoleransi lagi. Mereka juga melihat bahwa kondisi tersebut nggak akan berubah.

Singer berkata bahwa alasan kedua ini dapat dipastikan dengan mengikuti sistem yang telah diaplikasikan oleh Belgia, yaitu dengan melibatkan persetujuan dua atau tiga dokter untuk memastikan bahwa penyakit atau penderitaan yang diderita pasien memang nggak tersembuhkan.

“Mungkin orang-orang yang masih mencintai pemohon eutanasia ini akan berduka kalo pemohon meninggal, tetapi kalo mereka memang mencintai orang tersebut, mereka pasti akan menghormati keinginannya dan nggak akan mau melihat orang tersebut menderita lebih lanjut,” ujarnya.

Salah satu argumen terkuat melawan legalisasi eutanasia sukarela adalah "efek lereng licin" yang menuju normalisasi eutanasia non-sukarela atau bahkan euthanasia paksa.

Pakar etika Nigel Biggar yang mengutip klaim profesor ilmu politik di University of Massachusetts Amherst, Peter Haas, mengenai euthanasia di era Nazi, mengungkapkannya demikian dalam buku "Aiming to Kill: The Ethics of Euthanasia and Assisted Suicide".

“Bukannya melihat Holocaust sebagai hasil dari pengaruh kejahatan yang misterus, Haas membacanya sebagai buah dari perubahahan kepekaan etika yang perlahan-lahan berubah di Jerman hingga akhirnya banyak orang merasa bahwa membunuh sekelompok manusia adalah sesuatu yang benar secara moral, karena mereka menganggap orang-orang tersebut jahat, nggak bernilai, atau membebani secara sosial,” demikian dinyatakan.

Baca Juga: Ini Kronologi Meninggalnya Pebalap Malaysia Keturunan Jawa, Norizman Ismail

Argumen tersebut kemudian diulangi berkali-kali dalam setiap perdebatan eutanasia, termasuk oleh anggota parlemen Liberal Australia, Adrian Pederick, pada tahun 2016 lalu.

Padahal, menurut analisa John Burgess, rekan penelitian yang mengunjungi University of Wollongong dan Northwestern University, dalam Journal of Medical Ethics, argumen lereng licin yang melibatkan Nazi seperti yang diungkapkan oleh Biggar nggak logis.

Xavier Symons, peneliti di University of Notre Dame Australia dan pakar bioetika di Austin Health's Human Research Ethics Committee, juga memiliki penilaian yang sama.

Source : kompas.com

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest