Di sebuah rumah kisaran Antasari Jakarta Selatan yang bertembok putih dan retak di beberapa bagian, terparkir dua mobil. Sebelumnya saya ragu, benarkah ini rumah Dipha? Akhirnya saya masuk. Buwl, road manager Dipha keluar dari dalam rumah menyambut.
“Sebentar ya, mas. Kami lagi meeting dulu,” kata Buwl sambil menyuguhkan minum. Saat itu adalah pertengahan Februari
“Sip. Santai aja. Anggep aja gue belum dateng.”
Saya jawab gitu dengan dua alasan, biar mereka nggak merasa buru-buru rapatnya dan biar saya bisa ikut mendengar obrolan mereka, walau cuma dari ruang tamu.
Satu persatu peserta meeting itu mengeluarkan pendapat.
“Nanti kita mau rilisnya di mana nih asiknya?”
“Kira-kira media mana saja yang akan kita undang yah?”
“Terus, kalau ada fans, gimana?”
“Ajak aja masuk. Nanti kita siapin makan juga.”
“Asik, tuh, kalau lo nanti Live di Instagram atau Facebook. Nyapa fans yang nggak bisa ikutan.”
“Kita perlu putar lagu ini serentak di radio-radio nggak yah?”
Itulah sekilas percakapan yang saya tangkap. Kalau didengar dari nadanya sih, obrolan itu seru adanya. Semua antusias. Baru setelah bertemu Dipha langsung, saya tahu, tadi itu mereka sedang merencanakan peluncuran single kedua Dipha Barus.