Kalo seandainya Kong: Skull Island nggak ditayangin secara perdana di IMAX Gandaria City, Jakarta, Selasa (7/3) kemaren, mungkin bioskop situ nggak akan serame pasar malam di akhir pekan.
Yap! Di sanalah, film keluaran Warner Bros. ini pertama kali ditayangkan, dan yang datang pun nggak tanggung-tanggung banyaknya. HAI pun nggak ketinggalan buat jadi salah satu pihak yang berkesempatan nonton film ini duluan, dan sekeluarnya kami dari dalam studio IMAX, kami bener-bener ngerasa terkesan.
Film arahan Jordan Vogt-Roberts ini menceritakan sekelompok orang yang disatuin ke dalam sebuah tim penjelajah, buat mengeksplorasi satu pulau yang belom pernah tersentuh sama sekali sama pihak luar. Keberadaan pulau itu hanya dapat dilacak oleh satelit, dan untuk berkunjung ke sana, sekumpulan orang yang berasal dari berbagai latar belakang itu pun harus bersusah payah menembus medan yang berat.
Pulau itu dikelilingi kondisi alam alias badai yang nggak ada hentinya, sehingga sewaktu helikopter tim penjelajah itu melewati medan tersebut, mereka langsung disambut turbulensi yang parah. Untungnya, mereka berhasil, tuh, buat ngelewatin kondisi alam yang parah, dan sampe di pulau yang dituju.
Sesampainya di sana, “pancingan-pancingan” buat makhluk yang berdiam di sana pun diluncurkan. Yang nggak disangka, nggak cuma kondisinya aja yang berat setelah sampe di sana, tim penjelajah ini malah dikagetin sama kehadiran Kong. Yap, kera super raksasa sewujud monster yang muncul dari dasar laut itu tiba-tiba melampiaskan amarahnya ke orang asing yang baru aja menginjak tanah kediamannya.
Sejak kemunculan Kong inilah, film Kong: Skull Island memasuki masa-masa tegangnya. Apalagi, tim penjelajah yang di antaranya terdiri atas James Conrad (Tom Hiddleston), kolonel Preston Packard (Samuel L. Jackson), William “Bill” Randa (John Goodman), Mason Weaver (Brie Larson), Jack Chapman (Toby Kebbell), San Lin (Jing Tian), Earl Cole (Shea Whigham), Glenn Mills (Jason Mitchell), Victor Nieves (John Ortiz), dan Reg Slivko (Thomas Mann) ini akhirnya terpencar karena ulah dari Kong.
Alur pun melambat maju, menceritakan perjuangan mereka buat mencapai titik utama yang disepakati sebagai titik mereka bertemu untuk diselamatkan oleh pasukan penjemput. Perjuangan inilah yang perlahan-lahan ngajak kita buat ngerasain ketegangan, geregetan, dan kesel sama salah satu karakter yang super arogan.
Dari segi cerita, film ini niscaya berhasil buat nampilin alur cerita yang “ngena” banget ke sifat dan kehidupan manusia yang selalu ngerasa paling bener dan paling berhak menguasai dunia. Padahal mereka lupa, kalo dunia ini nggak cuma dihuni sama manusia, tapi juga sama makhluk-makhluk lain, kayak binatang dan pepohonan serta tumbuhan.
Dengan penyerangan berkedok “pancingan” yang dilancarkan oleh tim penjelajah, tentu aja semua makhluk yang berdiam di pulau –yang ternyata disebut dengan Skull Island– itu marah. Wajar rasanya kalau Kong akhirnya melancarkan serangan balik. Dan wajar juga, kalo manusia mencoba memertahankan diri dan nyawa mereka.
Cerita dalam film ini sejatinya ngajarin kita banyak hal dan membuka pandangan kita tentang banyak hal pula. Entah tentang invasi manusia ke pulau-pulau yang baru mereka temui, atau tentang arogansi manusia dan prinsip manusia yang terbiasa menganut prinsip “eye for an eye”.
Mengingat film ini banyak ngegunain animasi, tapi Kong: Skull Island nggak menunjukkan kecacatan animasi sama sekali. Semua terancang apik, dan adegan demi adegan pun terasa nyata, apalagi kalo kita nonton film ini di IMAX.
Para tokohnya sendiri, tentu juga patut kita apresiasi. Tom “Loki” Hiddleton menjalankan perannya dengan baik dan terlihat sangat “manusiawi”. Sang pembawa pulang Oscar 2016, Brie Larson, yang berperan sebagai fotografer pun menyajikan aksinya yang nggak mengecewakan.
Detik demi detik film ini rasanya terlalu sayang untuk dilewatkan, so, silahkan ditonton kalo kamu mau film yang akan membangkitkan sisi kemanusiaan kamu.
Kong: Skull Island bisa disaksikan mulai hari Rabu, 8 Maret 2017.