“Keunikannya bertambah, karena hanya Indonesia yang membawa isu HIV/AIDS, mantan pecandu, dan warga miskin kota. Kalo negara lain isunya hanya homeless dan gelandangan,” jelas Febby Arhemsyah yang kala itu menjabat sebagai manajer tim.
Perolehan itu makin sempurna karena Indonesia dinobatkan sebagai pendatang baru terbaik. Ginan, sebagai Kapten Tim, juga meraih gelar pemain terbaik Homeless World Cup 2011. Di penyelenggaraan tahun-tahun berikutnya, Indonesia tetap masuk jadi tim unggulan dan selalu masuk 10 besar.
“Kita yang terbaik di Asia. Bahkan nggak ada negara Asia yang masuk 10 besar,” tambah Ferry.
Deradjat Ginandjar Koesmayadi, sering dipanggil Ginan oleh teman-teman baiknya, sudah membuktikan bahwa di titik nadir sekalipun manusia bisa bangkit bahkan berbuat lebih untuk sesamanya. Mulai keluar dari jerat narkoba, berstatus HIV positive, mendirikan Rumah Cemara bareng teman-temannya sesama mantan pecandu, dan menjadi pengembang olah raga di sana, sampai akhirnya meraih gelar pemain terbaik di Homeless World Cup 2011, nggak mungkin ia lakukan sendiri tanpa bantuan teman-temannya.
Ini jelas bukan prestasi ketinggian untuk seorang ODHA yang mantan junkie. Ginan bisa membuktikannya. Di luar stigma dan diskriminasi yang masih dirasakan ODHA di masyarakat, kiprah Ginan dan teman-temannya di Rumah Cemara bisa menjadi contoh bahwa dukungan sebaya bisa jadi kekuatan luar biasa. Tanpa dicap sampah atau penyakit masyarakat, ODHA juga seperti kita, ingin berarti bagi masyarakat. #rangkulODHA
(Artikel ini disarikan dari Sisipan National Geographic Indonesia, Oktober 2014)