Salah satu hal yang bikin kuliah menjadi masa yang paling dinanti-nanti oleh para pelajar SMA adalah jadwal belajarnya yang nggak sepadat di sekolah. Di dunia perkuliahan, jadwalnya dalam sehari rata-rata diisi dua mata kuliah yang menghabiskan waktu kurang lebih lima jam, itu pun jadwalnya kadang terpisah, yang satu kuliah pagi, yang satu kuliah siang menjelang sore.
Singkatnya, masa kuliah lebih ngasih banyak waktu untuk para mahasiswa melakukan kegiatan yang diinginkan. Nah, menghadapi waktu luang ini, mahasiswa punya berbagai cara. Ada yang milih jadi kupu-kupu alias kuliah pulang-kuliah pulang. Ada juga yang jadi mahasiswa kuman yaitu mahasiswa kuman alias kuliah main. Ya, waktu luangnya lebih banyak dipakai untuk main, entah itu asik nongkrong di belakang gedung kampus, hang out ke mal, atau melipir ke warnet, main game online.
Nah, tipe ketiga ini lah yang pengen HAI bahas di artikel ini. Lupakan kupu-kupu dan kuman, HAI mau ngajak lo untuk menjadi mahasiswa kura-kura.
Nggak jarang, mahasiswa tipe ini emang lambat di urusan akademis. Kasus paling seringnya sih, lulus agak telat. Lima tahun lah paling cepat. Tapi, seperti halnya kura-kura yang punya tempurung kuat, mahasiswa tipe ini punya pengalaman serta mental yang lebih kuat. Ya, mahasiswa kura-kura adalah mahasiswa kuliah- rapat, kuliah-kerja.
Mahasiswa yang HAI maksud ini selalu mengisi waktu luangnya dengan aktif berkegiatan, Lulus kuliah, mahasiswa kayak gini nggak cuma bisa membanggakan ijazah, tetapi juga pengalaman dan bahkan pendapatan.
Dimulai Dari Aktif di UKM
UKM bisa jadi tempat yang paling deket dengan dunia kuliah. Di sana, kita bisa akitf nambah pengalaman organisasi serta mengasah minat. Yusnia Pangasti contohnya, mahasiswi jurusan Komunikasi yang akrab disapa Asti ini adalah anggota aktif di Kompas, sebuah UKM pecinta alam tingkat fakultas di kampusnya, Universitas Brawijaya. Sudah sejak tiga tahun lalu, Asti sering banget ngilang demi ngumpul sama temen-temennya di Kompas.
Tentu, nggak cuma rapat doang. Sebagai pecinta alam sejati, Asti dan teman-temannya juga sering banget meluangkan waktunya untuk naik gunung. Untuk perjalanan besar, mereka menjadwalkan satu-dua bulan sekali. Sementara untuk jelajah sekitar kota Malang, saban akhir pekan pun bisa berangkat.
Bantu Penelitian Dosen dan Senior
“Biasanya proyek itu diambil sama mahasiswa yang mau ngerjain skripsi, jadi biasanya antara 1-2 semester proyeknya selesai,” ujar Niken yang sudah ikut proyek Gasifikasi, Pembuatan model kapal selam dan pembuatan Slurry Ice Generator.Volunteering Demi Membantu Masyarakat"Saat penelitian, waktu kerja aku tiap senin sampai Jumat. Dari pukul 4-5 sore, selesai kuliah. Di kampus, hampir semua dosen punya proyek," kata Niken
Awalnya, Putri ikut menjadi tenaga pengajar untuk anak-anak di Cipinang. Ia mengajar matematika. Lalu, ia juga pernah menjajal menjadi sukarelawan online yang dijaring oleh United Nation Volunteering Online. Sebuah yayasan di Gana akhirnya merekrut Putri untuk pekerjaan pencarian data. Seluruh pekerjaan dilakukannya secara online. Kini, setelah setahun lulus pun, Putri masih menjadi sukarelawan di Komnas Perempuan sebagai petugas unit rujukan.
“Saat kuliah aku ngerasa hidupku flat banget. Akhirnya terpikirlah untuk ikut menjadi sukarelawan. Biar punya kegiatan eksternal dari kampus sekaligus bisa berbagi dan mengabdi pada masyarakat,” cerita Putri.Kerja Part-time, Kenapa Nggak
Saat kuliah, keaktifannya makin menjadi. Mahasiswa jurusan Psikologi Universitas Indonesia ini sekarang bahkan kerja paruh waktu di dua tempat sekaligus, yaitu sebagai penyiar magang di TraxFM dan menjadi operator aplikasi CurhatsApp. Sejak bulan Juli kemarin, Gladhys telah bekerja di TraxFM setiap minggu jam 5 pagi dan di CurhatsApp untuk ngelayanin pengunjung yang butuh konseling.
“Gue milih kerja part time sebenarnya buat pengembangan diri aja, jadi ntar pas kelar kuliah gue nggak bingung jalan kerjanya dimana,” kata GladhysContoh lainnya adalah Vincent Sebastian, mahasiswa angkatan 2013 jurusan Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung. Vincent cerita, selama kuliah dia sering banget mangkir. Bahkan, Vincent punya jadwalnya sendiri untuk bolos. “Seminggu terakhir di semester pasti bolos, dan 2-3 Minggu di awal semester. Hehehe,” katanya.
Tapi, bolosnya itu bukan untuk foya-foya, melainkan demi memperbanyak pengalaman coding-nya. “Saya dari semester awal emang udah suka magang di perusahaan. Sejauh ini aja udah empat kali magang. Sempat pernah diterima magang di perusahaan di Singapura, tapi ada CEO perusahaan di sini yang memanggil saya, jadi milih magang di sini,” kata cowok yang sekarang ini magang di start up Qerja.com ini.
“Pengalaman magang itu, dan passion saya di coding, itu lah yang jadi modal utama ketika melamar ke Google,” kata cowok yang IPK-nya nggak sampai 3 ini.
Yes, Vincent pernah magang di Google Headquarter di Mountain View, California pada 31 Mei hingga 2 September 2016. Bangga banget pasti.
Usaha Sendiri
Berawal dari satu blog, kini blognya sudah berjumlah tujuh dengan total visitor mencapai ratusan ribu per-harinya.
“Keuntungannya ya aku jadi ada pemasukan sendiri dari kerja keras, ujung-ujungnya kan jadi nggak perlu minta duit orang tua lagi, terus ya jadi belajar bisnis internet marketing dan sesekali bahkan diundang buat jadi narasumber sharing ringan di komunitas-komunitas blogger lokal, lumayan kan nambah relasi?” lanjut salah satu pemenang Yogya Mining Competition kategori Blasting yang juga aktif di Himpunan Mahasiswa Teknik Pertambangan departemen Infokom ini santai.
Gimana, udah mulai berasa serunya jadi mahasiswa yang kuliahnya plus-plus? Mari kebet halaman-halaman berikutnya. Kita kulik lagi cerita dan info-infonya. Untuk lo yang masih pelajar SMA, artikel ini dijamin berguna deh untuk ngasih gambaran tentang kehidupan kuliah yang bakal lo jalani nanti.