Sekitar 5000 pasang mata yang memadati GBK Sports Complex Senayan masih menunggu apa yang bakal keluar dari panggung konser Morrissey, Rabu (12/10) – termasuk gue. Penyanyi yang sekarang berusia 57 tahun ini baru aja mencuci otak kita semua dengan video-video yang mengganggu pikiran: Video penjagalan hewan ternak pabrik industri pengolahan makanan di berbagai negara. Video ini, tentunya mengiringi lagu Meat is Murder (1985) yang emang bercerita tentang prinsip hidupnya sebagai seorang vegetarian. Intinya, sebagaimana Morrissey meyakininya selagi masih bersama The Smith, bahwa makanan yang berasal dari hewan sama dengan pembunuhan dan pembantaian terhadap makhluk yang seharusnya berhak terus hidup.
"Well I was going to say you're incredibly nice. I would say that life must change to all new world. No bird, no fish, no animal. Enough enough enough," ujarnya menutup lagu yang terakhir ia nyanyikan. Kemudian muncul kalimat di layar backdrop panggung:
Apa Alasanmu Sekarang? Daging Adalah Pembunuhan…
Nonton videonya aja, udah bikin banyak perasaan muncul. Ngeri, Jijik, aneh, berpikir, mungkin juga ketawa-ketawa doang. Tapi sebagian besar, pasti akan “terganggu” pikirannya terkena terpaan video berdurasi sekitar 6 menit itu. Sekadar info, footage video itu kerap diputar Moz saban membawakan lagu ini. Karena dia merupakan aktivis hak-hak hewan, maka PETA (People for the Ethical Treatment of Animals) , sebuah organisasi yang mendukung pemanfaatan hewan secara bijak, memasoknya dengan materi ini sebagai “penyampai pesan” di panggung.
Kalau kamu salah satu fans berat Moz, pasti langsung tepuk tangan begitu kalimat itu muncul. Yang bukan, mungkin hanya penikmat beberapa hitsnya aja, bisa jadi hanya manggut-manggut sambil menunggu aksi apa yang terjadi berikutnya.
Sayangnya, kejadian yang terjadi berikutnya jelas malah mengecewakan kedua jenis fans Moz tadi.
Padahal, sepanjang konser keliatannya baik-baik aja. Emang sih, untuk berinteraksi Moz lebih memilih kalimat-kalimat singkat. Tapi karena Moz yang bicara, para penonton pun nggak ambil pusing. Seperti pas kelar lagu Let Me Kiss You, Moz bertanya, “Do You Like Donald Trump?” yang pastinya dijawab dengan ‘No’ oleh sebagian besar penonton.
Lalu pada saat ia menanyakan lagu apa yang harus dia mainkan, lalu penonton berlomba-lomba meneriakkan judul lagu, lalu dengan gaya genitnya sambil mengacungkan ke arah suara-suara tadi sambil bilang, No, No, No, and No!
Kami tau kok nggak ada yang namanya request lagu di konser Morrissey. Tapi kami tetap menganggap ini hiburan yang menyenangkan. Apalagi melihat aksi penyanyi yang udah nggak muda lagi ini masih bisa bercanda.
Makanya, melihat Moz menghilang ke belakang panggung dan nggak balik-balik lagi itu bikin kecewa. Awalnya, gue pikir itu hanya trik mancing encore belaka. Tapi lho, kok tiba-tiba krunya pada naik panggung juga membereskan alat-alat dan instrumen? Oh, mungkin…
Ah semua orang terbengong-bengong begitu tampak kru lokal juga naik ke panggung. “Udah abis? Lha kentang (tanggung) banget!” begitu gerutu semua penonton.
Meat is Murder jadi lagu ke-19 dalam set list Moz dan jadi pamungkas. Tapi tentunya, di konser manapun, apalagi dengan die harder fans yang nggak bisa dibilang sedikit, layak diberi encore. Kayaknya terlalu culun kalo seorang Moz masih perlu teriakan klasik “we want more” yang diulang-ulang untuk keluar panggung lagi dengan jumawa.