Follow Us

Eksistensi Jajan di Depan Sekolah Jember Dipertanyakan? Waduh!

- Jumat, 02 September 2016 | 09:45
Cilok Goreng anget
Hai Online

Cilok Goreng anget

Kalau pas istirahat atau pulang sekolah dulu, kita jadi ingat masa-masa sekolah dasar atau sekolah menengah pertama. Melihat ke teras depan sekolah mata kita selalu tertarik dengan riuh rendah pedagang kaki lima yang menjajakan makanan seperti es, tukang cilok hingga tempura. Mereka semua ada di saat kita kelaparan.

Nah saat kita udah jadi anak SMA, masih nggak sih eksis jajan di depan sekolah saat istirahat atau pulang? Kalau ada, beruntunglah kalian yang masih bisa jajan di luar sekolah. Pasalnya, hampir setiap sekolah SMA di Jember jarang ditemuin pedagang yang berjualan di depan sekolah menengah atas.

Pantauan HAI School Crew di SMA Negeri 5 Jember misalnya, pelajar berseram putih abu-abu sudah jarang terlihat jajan di kaki lima. Kalau menurut pengakuan dari salah satu murid di sana, ketiadaaan aktivitas jajan di depan sekolah lantaran ada larangan tertulis bagi pedagang yang berjualan di depan sekolahnya. Makanya kalau diperhatikan hanya ada satu atau dua pedagang yang jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari.

“Wah, jarang ada yang jualan kalau di sini, bro. Paling tukang cilok aja, itupun pulang sekolah dan nggak setiap hari ada,” tutur Asalia, warga SMALA, sebutan untuk murid SMAN 5 Jember.

Pemandangan serupa juga dapat ditemui di SMK Negeri 3 Jember. Pedagang di sekolah yang berada di dekat Stadion sepak bola itu cuma ada 2, guys. Cuma es tebu dan tukang cilok yang menjajakan dagangannya di sana. Ketika ditanya mengapa masih berjualan disana, mereka mengaku nggak ada tempat lagi untuk berjualan.

“Saya nggak punya pilihan lagi dek, lagipula kan jualan kayak gini (baca:cilok dan es tebu) masih banyak diburu anak-anak sekolah,” repet Mas Gufor si penjual cilok.

Sementara itu, para penjaja makanan di sekolah SMAK Santo Paulus, Jember, justru masih banyak ditemui. Pantauan HSC, masih banyak yang berjualan di depan sekolahan misalnya ada tukang bakso, tukang cimol, cilok, tempura, es, dan juga kue lekker.

Yudi, murid kelas XII SMAK Santo Paulus, berpendapat bahwa dengan adanya penjual di depan teras para murid sangat terbantu mengobati rasalapar.

“Biasanya temen-temen kan ada yang tambahan di sekolah. Kalau kantin dah tutup, pasti larinya ke penjual di depan. Terbantu banget deh,” akunya.

Usut punya usut nih guys, di beberapa sekolah SMA di Jember, ternyata memang ada kebijakan yang melarang para penjual menjajakan dagangannya di depan sekolah. Bukan tanpa alasan, sekolah tidak mau mengambil risiko para murid didiknya rentan terkena penyakit.

Hal ini diungkapkan oleh seorang guru yang mengatakan bahwa aturan tersebut tidak begitu ketat tetapi dilakukan sebagai antisipasi sejak maraknya jajanan sekolah yang berbahaya bagi siswa. Baca: Hati-Hati Jajanan Permen ini Ada Narkobanya!

“Memang di beberapa sekolah ada kebijakan yang mengatur soal itu. Tapi aturan tersebut nggak begitu diterapkan, karena itu hak mereka mengais rejeki. Ya, seenggaknya, kami pihak sekolah menghimbau pada siswa untuk jangan sering beli jajan di luar sekolah yang belum tentu menggunakan bahan yang baik,” papar sumber guru yang tidak mau disebut nama dan asalnya itu.

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest