Follow Us

Cerpen Selamat

- Senin, 28 Maret 2016 | 09:15
Teuku Rifnu Wikana
Hai Online

Teuku Rifnu Wikana

Lambat-laun suara tembakan di luar menghilang. Sepertinya konflik sudah selesai. Perlahan penumpang berdiri dan membersihkan bangku-bangkunya yang penuh dengan serpihan kaca. Beberapa penumpang tak berhenti menangisi keadaan yang dialaminya. Sementara aparat sudah mulai melemah. Dan Samerka tersebut kini sudah terikat tangannya oleh kondektur bus. Kedua diletakkan di belakang. Duduk di bawah berdampingan. Bus pun kembali dijalankan.

Kini sudah pukul 03.30. Wajah-wajah penumpang tegang. Ketakutan, serba salah, karena di dalam bus tersebut ada dua orang yang kini mengancam hidup mereka.

“Jika mereka di buang di tengah hutan dalam kondisi seperti ini, maka ancaman terbesar buat kita ke depan semakin berat. Jalan satu-satunya adalah, kita bawa mereka dimana mereka mau diturunkan,” kata supir kepada penumpang. Semua penumpang akhirnya menyetujui supir tersebut.

Saya pikir dan saya berharap, ini adalah konflik senjata terakhir kami alami. Tapi ternyata tidak. Saat Samerka mulai tersadar dari pingsannya dan aparat semakin melemah, sementara penumpang belum lagi selesai melepas ketegangan, tiba-tiba sekelompok orang lagi muncul di tengah jalan. Lengkap dengan seragam yang berbeda-beda, mereka menghentikan bus dengan tembakan. Kembali seluruh penumpang berteriak. Teriak yang letih. Ya Allah, apa maksud dari semua ini. Seseorang menangis berdoa. Beberapa orang dari kelompok itu bertindak kasar dengan menarik kondektur keluar dari dalam bus. Kondektur tersungkur di jalanan. Dia hendak melakukan pembelaan. Tiba- tiba salah seorang dari kelompok itu melepaskan tembakan tepat di kepala kondektur.

Mata ini tak sanggup melihat kekejaman yang dilakukan kelompok tersebut. Indah pun tersentak, menutup matanya. Saya tidak habis pikir atas perlakuan mereka. Siapa mereka ini? Lebih keji dari binatang! Saya berusaha mendengar pembicaraan mereka. Karena dari situ saya bisa tahu mereka berasal dari daerah mana. Saya semakin bingung, karena dari bahasa yang saya dengar, terdapat beberapa logat daerah yang berbeda-beda. Siapa mereka ini?

“Mereka adalah OTK (Organisasi Tak Dikenal) yang selalu memanfaatkan keadaan,” kata Indah berbisik kepadaku.

Ah… Apa karena terlalu sulitnya mencari pekerjaan di negara ini, sampai-sampai mereka memilih pekerjaan seperti ini. Lalu salah seorang memandang tajam ke arahku. Sepertinya dia tahu bahwa aku sedang berbicara tentang sesuatu. Dia lalu menghampiriku, dan melayangkan senjatanya tepat di keningku. Keningku berdarah. Kemudian dia tarik kartu identitas dari leherku. Lalu dia berikan kepada temannya.

“Keluarkan dompet kalian! Kami ingin melihat identitas kalian,” teriak salah seorang dari mereka.

Semua mengeluarkan dompet. Tapi mereka belum sadar bahwa di dalam bus tersebut ada dua orang lawan mereka: Samerka dan aparat negara.

Aparat yang tadinya sudah semakin melemah memandang SAMERKA. Dia memberi suatu sinyal. Seolah-olah aparat tersebut ingin mengatakan, ayo, sekarang!

Samerka seolah menyetujui sinyal yang ditawarkan aparat kepadanya. Perlahan, tangan aparat membuka ikatan tangan Samerka. Saat ikatan tersebut sudah hampir terbuka, kelompok tak dikenal tersebut melihat ke arah mereka berdua lalu berteriak kepada temannya di luar, bahwa di dalam bus ada dua kelompok pejuang bodoh.

Saya berpikir keras, apa yang bisa saya lakukan dalam keadaan seperti ini, jika aparat dan Samerka itu tertembak. Ya, satu-satunya jalan, bus ini harus dijalankan! Saya pun segera memberi aba-aba kepada supir, agar dia segera menginjak gas. Sepertinya supir mengerti apa yang saya sampaikan lewat ekspresi yang saya gambarkan, dan dia setuju. Kebetulan, mesin masih menyala, belum diminta untuk dimatikan. Sementara itu, aparat di belakang masih berusaha membuka ikatan di tangan Samerka. Sambil memancing organisasi tak dikenal itu, aparat mengatakan kepada organisasi tak dikenal: “Kalian adalah anjing-anjing bodoh! Diperbudak uang! Mengatasnamakan kelompok lain demi uang.”

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest