Follow Us

Playlist Editor: Bikin Musik Makin Didengar di Era Digital

Rizki Ramadan - Selasa, 02 Februari 2016 | 01:53
profesi playlist editor music streaming apps
Rizki Ramadan

profesi playlist editor music streaming apps

Diperkirakan, budaya mendownload lagu pun akan berakhir pelan-pelan. Nggak main-main, lembaga penelitian media internasional, Nielsen, lah yang mengatakan hal tersebut. Di tahun 2015, jumlah lagu berbayar yang di-download merosot 12,5%.

Nielsen menghitung, jika dibiarkan, pada 2021 udah nggak ada orang yang mau lagi membeli musik digital (yang mesti di-download). Sebagai gantinya, masyarakat dunia akan lebih memilih mengonsumsi musik secara streaming lewat situs atau aplikasi penyedianya.

Nah, salah satu faktor utama yang bikin streaming musik itu lebih digemari adalah karena mereka menyediakan playlist-playlist dengan tema-tema tertentu, yang bisa saja sesuai dengan suasana hati atau peristiwa tertentu yang dialami penikmat musik. Setuju dong, kalau musik itu asik untuk jadi soundtrack hidup? Nah, karena itulah kalau ada orang yang milih-milihin lagu menjadi sebuah playlist, akan mempermudah kita mencari soundtrack yang pas.

Makanya, profesi yang seperti dilakoni Rastiaka Hestaviyasa ini akan dibutuhkan di industri musik.

“Kerjaan utama playlist editor adalah mengkurasi lagu-lagu. Lalu membuatnya menjadi playlist yang asik dan disukai pendengar aplikasi streaming,” kata cowok yang akrab disapa Atha ini.

Kini, Atha bukan sekedar playlist editor, ia menjabat posisi Music Manager di MixRadio. Untuk yang belum tau, MixRadio adalah salah satu aplikasi streaming musik gratis yang ada di bawah LINE Corp. Selain MixRadio, aplikasi sejenis lainnya adalah Spotify, Joox, dan Deezer.

Tentu, seorang playlist editor akan berhadapan dengan banyak banget lagu. Atha pun cerita kalau sampai saat ini ada 40 juta lagu yang dimiliki hasil kerjasamanya dengan label-label rekaman dan agregator musik.

“Kami mikirin tuh, gimana caranya memaksimalkan 40 juta lagu untuk dibuat jadi playlist. Pokoknya, headset selalu nempel nih seharian,” papar cowok yang sebelumnya lama bekerja sebagai wartawan musik ini.

Playlist yang dibuat dengan mengategorikan berdasarkan genre musiknya, atau berdasarkan tema tertentu. Karena itulah, seorang playlist editor juga kudu peka sama isu dan tren.

Moh. Zaki Atthoriq atau Zaki, playlist editor yang bekerja diatasi Atha cerita kalau playlist yang dibuat sering menyesuaikan dengan momen tertent.

“Saat ada tragedi pengeboman kemarin, kami bikin playlist berjudul Bersatu Tidak Takut, untuk mengenang meninggalnya David Bowie kami bikin playlist lagu-lagu terbaiknya. Sekarang pun gue lagi bikin playlist lagu-lagu religi islam nih, hehe.” Kata Zaki yang mengidolai Sheila on 7 ini.

Yap, mau nggak mau, suka nggak suka, seorang playlist editor kudu bisa objektif menilai lagu, karena nyatanya, lagu yang kita agak jauhi, bisa punya banyak kalangan pendengarnya juga.

Bahkan, Mix Radio juga akan menyediakan audio-audio lain selain musik, seperti sandiwara radio Warkop, interview dengan public figur, hingga ceramah keagamaan.

Kalian yang suka musik mesti mempertimbangkan profesi ini. Jangan takut, prospeknya bagus kok. Simak data-data lainnya di halaman sebelah!

Editor : Hai Online

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest