Follow Us

Wedha Abdul Rasyid Bicara Tentang Pop Art

Ega Hai - Selasa, 15 April 2014 | 11:55
Wedha Abdul Rasyid Bicara Tentang Pop Art
Ega Hai

Wedha Abdul Rasyid Bicara Tentang Pop Art

Pop Art masih menjadi inspirasi seniman sampaisekarang ini. Banyak sekali gerakan pop art yang bisa kita aplikasikan dalamkehidupan sehari-hari. Baik disaat kita berbicara tentang web design, graphicdesign atau bidang kreatif lain. Apa sih yang menjadi ciri khas pop art?

Kalau kata mas Wedha Abdul Rasyid, pendiriWedha's Pop Art Potrait (WPAP), Pop Art banyak yang bilang ada unsur warna warni tabrak-tabrakan, adabenarnya tapi banyak juga salahnya.

"Menurut saya, Pop Art mencoba mengangkat sesuatu yang sudahbiasa, yang sudah dikenal, yang sudah popular, kita unggah lagi dengan rasayang berbeda. Salah satu cara memunculkan rasa yang beda dengan mudah adalahdengan warna. Jadi sebenarnya bukan hanya permainan warna saja," tutur priayang akrab disapa Pakde oleh anak-anak WPAP ini, saat berbincang dengan Haibeberapa waktu lalu.

Wedha bisa dibilang merupakan salah satu senimanyang 'menginvasi' dunia seni lewat karya pop art-nya. Awal 90-an Wedha mengakubahwa ia mulai mengalami penurunan fungsi indera matanya. Ia mulai kesulitanmenggambar wajah, kemudian ia menemukan cara mudah menggambar wajah. Dari situ,ia mulai menemukan cara menggambar dengan menegaskan garis lurus, memainkangradasi serta tabrak warna. Karyanya hanya mengisi halaman editorial. Lambatlaun, setiap musisi luar negeri yang mengisi rubrik majalah Hai ia buatkanilustrasinya. Metallica, Scorpio, James Ingram. Karyanya pun menuai banyakpujian.

"Saat itu saya hanya berkarya saja, saya baru tahu,kalau karya saya itu diklasifikasikan sebagai Pop Art setelah membaca bukukarya Soedarso, Guru Besar ISI," kenangnya seraya tertawa..

Karena desakan beberapa pihak, akhirnya Wedhamembuat WPAP, Wedha's Pop Art Potrait pada tahun 2007 dan melanjutkan mimpinya.

"Saya punya mimpi lain, mungkin sebelum saya sudahbanyak seniman lain yang punya karya pop art. Tapi ini sebagai bukti karya asliIndonesia, ini Indonesia banget. Jadi saya ingin mengenalkan ini ke seluruhIndonesia. Pop Art nggak boleh eksklusif, harus inklusif harus nyebar dan harusjadi duit," tutur Wedha.

Kini WPAP melebarkan sayapnya sampai keseluruhIndoensia, komunitas ini bukan hanya tempat berkumpulnya para seniman, tapijuga tempat seniman dihargai secara harafiah lewat karyanya. "Yang melakukanbanyak adalah karya itu sendiri," jelas pria yang mengaku satu karya bergayaWPAP-nya bisa dihargai sampai Rp25 juta ini.

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest