Melalui tesisnya berjudul “Pemodelan Spasial Berbasis Skenario Interval Kalibrasi, Studi Kasus: Perubahan Tutupan Lahan di Provinsi Kalimantan Timur 2016-2036”, I Wayan meneliti permasalahan deforestasi di Kalimantan Timur yang perlu dikendalikan melalui pemodelan perubahan tutupan lahan.
Ia menganalisis klasifikasi dan validasi peta penutup lahan multi temporal, menganalisis investigasi model optimal, dan menyintesis prediksi tutupan lahan tahun 2036 serta analisis pola spasial perubahan tutupan lahan 2016–2036.
Dari penelitian tersebut, ia menemukan adanya penurunan luas tutupan hutan dari 2016 hingga 2021 dengan laju deforestasi 651 km2/tahun.
Diprediksi luas tutupan hutan pada 2036 tersisa 69.203 km2. Topografi merupakan variabel yang paling berpengaruh mendorong perubahan tutupan lahan di Kalimantan Timur.
Laju deforestasi nggak bersifat linear sepanjang waktu prediksi. Diduga faktor topografi menjadi variabel pendorong utama perubahan tutupan lahan sekaligus sebagai variabel penghambat.
Oleh karena itu, ia berharap penelitiannya dapat dilanjutkan untuk melihat hubungan perubahan tutupan lahan dengan faktor topografi, dikaitkan dengan penggunaan variabel yang bersifat statis dan dinamis.
“Saya berharap penelitian ini dapat memberi kontribusi bagi pemerintah, terutama pada proses pembangunan ibu kota baru Indonesia di Kalimantan. Selama proses studi dan riset ini, pada prinsipnya, ada satu nilai yang selalu saya pegang, yaitu upayakan untuk selalu memberi nilai tambah pada pihak terkait,” ujarnya.
Ia mengatakan, ketika seseorang dikasih tugas apa pun, berikanlah lebih dari yang mampu dilakukan. Jika diminta satu, kita beri dua.
“Jika ada tugas yang dikumpulkan esok hari, upayakan hari ini sudah selesai. Itu akan memberi nilai lebih pada setiap proses dan usaha yang kita lakukan,” pungkasnya. (*)