Toko itu dinamai Warung Bu Woro yang mengambil nama dari sang ibu.
Minggu-minggu awal menjalankan usaha menjadi waktu yang sulit bagi Elsa. Sebab, usahanya nggak berjalan sesuai dengan ekspektasi.
“Sempat nangis karena ngerasa sudah tidak bisa memutar barang lagi, penjualan stagnan dengan omset 300-400 ribu per harinya, bingung gimana cara balikin modal ke orang tua,” jelasnya.
Namun, Elsa segera tersadar dan bangkit, memutar otak mencari solusi untuk keluar dari keterpurukannya saat itu.
Lalu ia bergerak melakukan diversifikasi barang dan menambah kuantitas barang per itemnya sehingga bisa menawarkan pilihan yang lebih beragam bagi konsumen.
Awalnya yang hanya menjual barang-barang kebutuhan pokok diperluas dengan produk kebutuhan tersier lainnya.
Hingga akhirnya pada Desember 2017 saat momen liburan, kunjungan wisatawan ke kawasan Kaliurang meningkat berimbas pada penjualan tokonya yang turut melonjak tajam dan omset mengalami kenaikan.
Belajar dari pengalaman dan melihat peluang pasar yang potensial di kawasan wisata Kaliurang, Elsa berusaha melebarkan pasar.
Ia pun berusaha menggandeng pelaku industri wisata di sekitar Kaliurang untuk kerja sama.
Elsa mencoba memasukan proposal ke hotel, rumah makan, dan toko penjual makanan khas setempat seperti jadah tempe dan usaha tersebut mendapatkan respon positif.
Akhirnya, ia pun merambah usaha dengan mensuplai kebutuhan hotel, rumah makan, dan toko di sekitar tempat wisata Kaliurang.
“Kan masukin proposal jadi harus berani nambah modal. Hutang sebelumnya belum kebayar tapi sudah minjam ortu lagi sehingga total pinjaman itu 54 juta.”