Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Mengintip Bocah OG Citayam, Kapok Nongkrong di Sudirman, Balik ke Rumah Mancing Ikan

Al Sobry - Selasa, 26 Juli 2022 | 08:45
Fenomena Citayam Fashion Week dan dampak-dampak yang ditimbulkan
Instagram/@citayamfashionweeks

Fenomena Citayam Fashion Week dan dampak-dampak yang ditimbulkan

HAI-Online.com- Kabarnya, tongkrongan Citayam Fashion Week udah bukan lagi dipenuhi OG bocah-bocah Citayam dan sub urban sekitarnya dengan outfit mereka yang nyentrik.
Kini, orang-orang kota yang ingin juga mendapatkan sorotan dari viralnya kawasan nongkrong SCBD alias Sudirman, Citayam, Bojonggede dan Depok menduduki kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat itu.
Lantas, bagaimana bocah OG Citayam ini menanggapinya? Sebenarnya apa sih, yang terjadi sesudah mereka nongkrong seharian di SCBD, Dukuh Atas?
Lantas, apa kegiatan mereka saat kembali pulang ke rumah melewati rute KRL Sudirman, transit di Manggarai dan pulang ke Stasiun Citayam? Mari kita intip mereka!
Dikutip HAI dari Harian Kompas, kawasan OGCitayam sudah ada sejak zaman Belanda. Di lokasi tersebut ada banyak perkebunan dan persawahan yang airnya bersumber dari setu yang dikendalikan oleh tuan tanah Belanda kala itu.
Ratusan tahun berselang diikuti revitalisasi jalur kereta api Jakarta-Bogor yang melintas, kebun dan sawah telah berganti rupa menjadi rumah-rumah penduduk yang melahirkan bocah-bocah Citayam.
Kabarnya, warga Citayam sebagiannya adalah masyarakat yang tergusur dari Ibu Kota.
Kini,tinggal setu (perairan) yang masih bertahan dari peninggalan Belanda itu meski luasannya telah berkurang. nah, Setu Citayam menjadi pusat kehidupan warga setempat. Dari pinggir setu inilah, cerita bocah-bocah nongkrong SCBD bermula.
Memancing di Setu Citayam

Memancing di Setu Citayam

Memasuki kawasan ini, yakni sekitar lima menit melewati gang sempit selebar 1,5 meter, kita bisa melihat pemandangan rumah-rumah petak tua berdempetan dan sampah rumah tangga yang tidak terurus di luarnya, hamparan setu hadir dengan warnanya yang hijau. Terlihat kapal eretan di beberapa titik untuk menghubungkan kampung satu dan lainnya yang terpisah dengan setu tersebut.
Jika mengacu pada penanda arah di Stasiun Citayam, kampung yang mengitari Setu Citayam itu merupakan Kampung Lio. Sementara warga setempat menyebut kampung yang terletak di seberang Stasiun Citayam ini sebagai Kampung Pinggir Setu.
Pada Sabtu (24/7/2022)siang yang terik itu, warga terpantau sedang menghabiskan waktu memancing atau sekadar duduk-duduk sambilmengobrol santai.
Sementara itu, ada bocah-bocah Citayam di warung kecil yang tengah menikmati udara luar sambil duduk di pinggir setu. Ada juga yang bermain atau berlarian ke sana kemari sambil saling menggoda dan tertawa meski tidak banyak ruang.
Namun, begitu bocah-bocah Citayam mendengar kata SCBD yang merupakan akronim dari Sudirman-Citayam-Bojong Gede-Depok, aktivitas mereka terhenti sejenak dan dengan fasih menyebutkan beberapa nama yang sedang naik daun dari fenomena itu.
Bahkan, sebagian remaja yang tengahngademdi gubuk desa yang juga menjadi tempat mengaji itu merupakan para bocah yang ikut meramaikan Dukuh Atasyang saat ini viral.
Yap, ada kelompok remaja yang tengah asyikkongkowdi sebuah warung kopi dengan konsep perdesaan dekat gubuk desa itu. Mereka juga pernah menghabiskan waktu dengan nongkrong dan "jalan" di Dukuh Atas.
"Ke sana, ya, cuma duduk-duduk gabut,ngopi aja. Ada yang bikin konten juga. Pemandangannya enak di sana. Di sekitaran sini nggak ada yang begitu," kata Perdiansyah (16), remaja Kampung Lio, Citayam.
Keempat temannya ikut menyepakati omongan Perdi. Mereka juga kompak, meski ada pemandangan baru dan ramai orang, kini mereka bisa bilang nggak mau lagi nongkrong ke SCBD lantaran takut viral.
"Kita nggak pengin banget juga viral, dikata kitaselebapa. Cuma butuh ruang. Ha-ha-ha,” ujar mereka lagi.
Bocah Citayam inimengaku, awalnya senang jika unggahan mereka saat nongkrong di SCBD direspons baik oleh netizen dengan mendapat banyaklikesatau berhasil menambahfollower.Itu pun sebenarnya tidak berharap luas, hanya tertuju pada lingkaran pertemanannya, bukan yang kemudian menyebar luas tak terkendali, bahkan viral nyatanya membuat mereka jadi nggak nyaman.
Bocah Ali misalnya, dia yang pernah masuk salah satu akun konten kreator Tiktok dan videonya telah ditonton hingga 3,4 jutakalisejak diunggah pada 16 Juni lalu mengaku menyesal setelah viral.
"Nyeseljuga. Jadidikatain gitu, ya, di sekolah, ya, di sini (di lingkungan rumah) juga. Datang ke sana cuma ikut temanaja, main. Ada yang ngajakwawancara. Ditanya maunembakapa nggak. Padahal, ketemunya sama cewek itu, ya, di situ. Nggak lagi, deh,” kata Ali Uroihdi (15) ketika dijumpai di dekat rumahnya seusai memancing belut di dekat setu.
Yap, tahukah kamu kegiatan OG bocah Citayam memangmemancing belut, selain seru aktivitas ini juga untuk mencari uang tambahan sepulang sekolah. Belutnya dijual dengan hitungan per ember. Uang dari berjualan belut itu kadang digunakan untuk beli kuota, kadang digunakannya untuk ongkos main ke Dukuh Atas.
"Pas yang terus viral itu, cuma bawa Rp 12.000, belum termasuk beli tiket kereta. Biasanya kadang Rp 50.000 atau Rp 40.000 ribu,” ujar Ali yang ibunya bekerja di kantin dan ayahnya marbot mushala.
Ali masih sekolah, sementara Perdiansyah, Riana Gita (16), Muhammad Rizky (17), dan Ahmad Faisal (17) sudah tidak lagi bersekolah.Lepas SMP, mereka tak berkesempatan lagi untuk meneruskan pendidikan.
"Masih pengin sekolahmah. Cita-citanya pengin jadi dokter tadinya, tapi dari orangtua nggak bisa sekolahin lagi,” ungkap Gita yang sempat bekerja jadi buruh pabrik.
Ngomongin soal cita-cita,Rizky Nur Nabila (16) mengaku pernah juga ingin menjadi pilot, tetapi kini dirinya telah bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah kantor di Tambun usai putus sekolah menengah pertama.
Balik ke acara Citayam Fashion Week yant viral, dulunya bocah Citayam nggak niat ke sana untuk adu outfit. Mereka pergi ke Dukuh Atas seolah hanya untuk menjadi pelepas rasa penat sekaligus mencuci mata dengan suasana baru. Terlebih lagi lokasinya mudah dijangkau dengan ongkos yang murah menggunakan kereta rel listrik yang kini terhubung.
”Ada (tempat nongkrong) di Cibinong, tapi beda. Lagian kalau ke situ ribet, nggak punya motor kitanya, kan. Ini tinggal jalan kakiudahstasiun. Bolak-balik juga cuma Rp 8.000,” ucap Rizky.
Alasan terjangkau ini pula yang membawa Rahmawati (18) dan Salsabila (15) dari Kampung Utan masuk ke gerbong kereta rel listrik di Stasiun Citayam, Bogor pada Rabu (20/7/2022) sore itu. Kedua kakak beradik ini sengaja mengenakan outfit berupa kaos oversized, celanabaggyjeans, dan sepatu kets hits. Rupanya mereka sudah janji bertemu Gayo (18) dan Akmal (15) yang naik dari Stasiun Depok.
Sesampainya di Dukuh Atas, mereka duduk di tangga seberang hotel Holiday Inn Express. Kondisinya cukup ramai. Ratusan pengunjung tengah menonton ”catwalk zebra cross” ala Citayam Fashion Week yang viral.
Ada pula yang memilih untuk duduk di Warung Dua yang bersisian dengan kedai kopi kekinian atau menikmati jajanan gerobak di pinggir Terowongan Kendal, Sudirman dan memesan kopi starbuck keliling alias Starling.
KawasanDukuh Atas tidak hanya berisi anak-anak Citayam. Ada dari Tangerang, Bekasi, Rangkasbitung, hingga dari sekitaran Jakarta, seperti Kemayoran, Klender, dan Tanjung Priok. Sebagian dari mereka sudah putus sekolah. Mereka juga mengaku sudah menjajaki kawasan itu sejak 2019. Namun, pada 2021, setelah kondisinya semakin dipercantik dan pembatasan karena pandemi mulai longgar, jumlah yang datang pun makin banyak.
Baru pada awal 2022, para konten kreator membuat konten di sana dengan konsep mewawancarai mereka yangnongkrongberbingkai hubungan asmara bocah-bocah belasan awal.
Pertama kali muncul, justru nama Nadia dan Tegar yang naik di ranah FYP TikTok dan medsos. Kemudian, muncul nama pemengaruh baru.
Hingga memasuki pertengahan Juni 2022, bertepatan dengan libur sekolah yang meningkatkan jumlah pengunjung di kawasan itu, sebuah akun Tiktok sengaja memotret aneka gaya mereka, lalu diberi sebutan Citayam Fashion Week, yang semula bernada sinis, tetapi justru ditangkap berbeda oleh anak-anak tersebut. Mereka malah jadi getol berdandan.
"Walau Citayam beda sama kota, tapi gaya danoutfitkami enggak kalah keren dari orang Jakarta, kayak anak Jaksel. Aku jadi banggaajaorang tahu Citayamgitu,” kata Rahmawati tersipu. (Riana A.Ibrahim, Elsa Emira Leba)

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x