Keinginan Juliana untuk kuliah ini harus mulus sampai akhir. Setidaknya, dia bisa menginspirasi perempuan rimba lainnya, biar nggak melakukan pernikahan dini.
"Takut Bang. Adat kami keras, kalau melawan adat itu kena denda (tebus) dan maaf (perempuan) Rimba bisa mendapatkan kekerasan fisik dari keluarga," ucapnya dengan nada berat.
Contohnya, kasus yang terjadi pada dirinya. Sebelum kuliah, Juliana sudah dipinang seseorang pria kepada pamannya.
Adat matrilineal Orang Rimba, seorang paman dapat menerima atau menolak lamaran seorang lelaki terhadap anak perempuan yang berada dalam pengaruhnya. Dalam konteks ini, perempuan Rimba berada dalam kendali paman dan nenek (garis ibu) terkait urusan pernikahan.
Apabila melawan keputusan sang paman, maka kedua orangtuanya harus membayar tebusan (denda adat) sampai dua kali lipat, sesuai mahar yang dibayarkan oleh pihak lelaki rimba.
"Rasa cinta Ayah begitu besar. Dia sanggup jual kebun, untuk membayar tebusan (denda adat) agar saya tetap kuliah dan batal menikah," kata Juliana.
Bagi perempuan rimba, untuk sampai pada titik orangtua membayar tebus perjodohan (lamaran) itu nggak mudah, tentu harus memiliki keberanian dan keberuntungan.
Baca Juga: Keanu Reeves Sebut Dirinya Ingin Memerankan Batman di Film Live-Action: Itu Mimpi Gue
Juliana memiliki keduanya, berani dan beruntung. Dia berani mengutarakan mimpinya untuk kuliah dan juga beruntung, karena lelaki yang melamarnya, apabila jadi menikah, akan membawanya jauh dari kedua orangtuanya.
"Takut juga. Tapi karena dorongan kuat untuk kuliah dan Pundi Sumatera (NGO pendamping Orang Rimba), akhirnya berani juga, untuk melawan tradisi," pungkasnya. (*)