Abul Bajandar juga sempat dikabarkan melarikan diri dari rumah sakit tempat dia dirawat tanpa memberi tahu staf rumah sakit.
“Pertumbuhannya melebar bahkan di kuku-kuku dan tangan. Saya salah telah kabur dari rumah sakit, tapi saya berharap dokter dapat menyembuhkan penyakit saya sepenuhnya,” ujarnya kepad AFP kala itu.
Nggak kuasa menahan rasa sakit itu, Abul Bajandar menyatakan dirinya ingin mengamputasi tangannya saja.
"Saya nggak bisa menahan rasa sakit lagi. Saya nggak bisa tidur di malam hari. Saya meminta para dokter untuk memotong tangan saya sehingga senggaknya saya bisa mendapatkan kelegaan," katanya kepada AFP dikutip via straitstimes.com (24/6/2019).
Sang ibu, Amina, juga mendukung keinginan anaknya itu.
"Senggaknya dia akan bebas dari rasa sakit. Ini adalah kondisi yang sangat buruk," ujarnya.
Abul Bajandar mengataan ingin pergi ke luar neger untuk perawatan yang lebih baik, tetapi ia nggak punya uang untuk menutupi biaya.
"Dia memberikan pendapat pribadinya. Tetapi kita akan melakukan apa pun yang merupakan solusi terbaik untuknya," kata Samanta Lal Sen, kepala ahli bedah plastik di Rumah Sakit Medical College Dhaka.
Pihak pemerintah Bangladesh melalui Perdana Menteri Sheikh Hasina menjanjikan perawatan gratis untuk Bajandar setelah penderitaannya jadi berita utama nasional dan internasional.
Abul Bajandar telah tinggal di ruang perawatan khusus rumah sakit hampir dua tahun selama perawatan pertamanya.
Sebelumnya pihak rumah sakit juga merawat seorang gadis muda Bangladesh yang menderita kondisi ini pada tahun 2017.
Dokter menyatakan pembedahannya sukses, tetapi ayahnya kemudian mengatakan pertumbuhan telah kembali dalam jumlah yang lebih besar.