Follow Us

Film Horor Indonesia Hantunya Selalu Cewek, Dosen Unpad: Film Horor Menyimpan Ketimpangan Gender

Tanya Audriatika - Senin, 06 Juni 2022 | 11:46
Cuplikan Film Horor Indie Remaja, Let's Play, Ghost Karya Dorce Diterima Amerika

Cuplikan Film Horor Indie Remaja, Let's Play, Ghost Karya Dorce Diterima Amerika

Kendati ada sejumlah sutradara perempuan yang menyutradarai film horor, tatapan misoginistik tetap tidak bisa dihindarkan. Corak misoginisme ini menganggap perempuan sebagai obyek ketakutan.

“Data besar menunjukkan bahwa perempuan sangat dimanfaatkan untuk menakut-nakuti. Ini yang menjadi problematik, bahwa film horor menyimpan ketimpangan gender,” ucapnya.

Adanya corak yang sama juga Tito temukan di sebagian besar cerita hantu perempuan dalam film horor, yakni motif balas dendam.

Banyak film yang mengisahkan bagaimana si hantu perempuan muncul dan menghantui korban setelah meninggal karena diperkosa atau mengalami tindak kekerasan lainnya. Hantu itu muncul buat membalas dendam dengan cara menakuti hingga membunuh sang korban.

Dan ternyata, beberapa film di negara lain juga ada motif semacam ini. Motif tersebut merepresentasikan kalo perempuan punya kekuatan buat membalas kejahatan yang menimpanya meskipun bukan dalam keadaan hidup.

Ini menggambarkan kalo perempuan nggak bisa melawan dominasi laki-laki, sehingga ia baru bisa melawan ketika dalam keadaan mati.

“Memang hal ini ada kesan semacam empowerment terhadap perempuan. Akan tetapi ketika direproduksi terus-menerus, kita bakal mengerdilkan posisi perempuan ketika dia hidup,” tegasnya.

Stereotipe Kebaikan Mengalahkan Kejahatan juga muncul. Meski hantu perempuan muncul buat bales dendam, film horor tetep menekankan pesan kalo kebaikan bakal selalu bisa mengalahkan kejahatan.

Salah satu adegan yang sering ada di film yakni ketika hantu perempuan takluk oleh paranormal, kiai, ustad, sampai pastor. Tito menemukan kalo sosok alim yang mampu mengalahkan kesumat hantu perempuan selalu laki-laki.

“Kita bisa lihat wacana bahwa perempuan itu adalah penggoda dan sebagai lawan agama. Dan ini malah disiarkan dengan sangat kencang oleh film-film horor itu. Ini yang jadi salah satu wujud dari tatapan misoginisme,” papar Tito.

Adegan kayak itu banyak ditemukan di film-film horor yang diproduksi pada masa Orde Baru. Selepas Orde Baru (2000 ke atas), ceritanya jadi lebih banyak variasi meskipun adegan tersebut masih kerap ditemukan.

Variasi adegan yang dilakukan mulai dari munculnya adegan yang lebih gore dan mengganggu (disturbing). Tito mengatakan, nuansa ketakutan yang diciptakan nggak cuman nampilin sosok perempuan sebagai hantu, tapi juga sosok perempuan normal yang melakukan aksi sadistis.

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest