Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Tradisi Lebaran Nggak Cuman Sekadar Kumpul Keluarga Aja Menurut Pakar Unair

Dok Grid - Senin, 01 April 2024 | 09:47
Ilustrasi Ngumpul Lebaran
Flickr

Ilustrasi Ngumpul Lebaran

HAI-Online.com - Hari raya Idulfitri atau Lebaran biasanya jadi momen buat ajang kumpul keluarga besar. Sebagian orang bahkan rela menempuh jarak jauh agar bisa merasakan momen lebaran bersama keluarganya.

Menurut Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga, Puji Karyanto S.S. M.Hum., tradisi lebaran ini nggak cuman jadi ajak kumpul keluarga besar aja, tapi juga untuk mengenal lebih dekat semua kerabat.

Momen lebaran ini selain buat melepas rindu keluarga, juga menjadi momen saling silaturahmi.

Puji menilai, tradisi lebaran sebagai ajak kumpul keluarga ini merupakan tradisi yang sangat bagus sekaligus ini adalah tradisi khas Nusantara.

“Kita tahu salah satu konsep kekerabatan yang ada di Nusantara itu kan, rasa guyub, dan halalbihalal itu sebenarnya merupakan ekspresi rasa keguyuban antar kerabat yang bertemu saat momentum lebaran,” tutur Puji, dilansir dari siaran pers Unair, Senin (2/5/2022).

Dosen ini juga mengungkapkan tradisi lebaran yang identik dengan silaturahmi telah mengalami pergeseran makna. Awalnya, momen lebaran dimanfaatkan untuk berkumpul dengan keluarga, mengunjungi kerabat, dan buat mengenal sanak saudara.

Baca Juga: Identik dengan Kue Lebaran, Inilah Sosok Pelukis Kaleng Khong Guan

Hal ini punya banyak makna, misalnya buat menghindari perkawinan antar kerabat yang masih terlalu dekat.

“Awalnya sebenarnya kan unjung-unjung itu bukan sekadar saling sapa tetapi juga kalau orang Jawa mengatakan ngambah bature,” tuturnya.

Lebih lanjut ia menambahkan, kalau tradisi lebaran silaturahmi atau unjung-unjung ini yang tadinya sebagai tradisi keluarga, sudah diperluas dan diadopsi oleh instansi, baik pemerintah atau swasta dengan konsep halalbihalal.

Ganti jadi halalbihalal, kini cenderung dimaknai dengan berkumpulnya banyak orang di sebuah tempat untuk saling bermaaf-maafan.

“Jangan-jangan itu akan berhenti di salam-salaman saja tapi sebenarnya siapa yang salaman juga tidak kenal, karena sangat berbeda jika berkunjung ke rumah, silaturahmi, dengan keluarga terbatas,” jelasnya. (*)

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x