“Salah satu sumber terbesar mikroplastik adalah serat tekstil. Saat ini 63% pakaian terbuat dari kain sintetis atau campuran.
Hasil pencucian pakaian dari bahan sintetis dalam setiap beban pencucian akan menghasilkan lebih dari tujuh ratus ribu serat mikroplastik, yang akan langsung mengalir ke pembuangan air dan bermuara di laut,” kata Dewi.
Di sisi lain, industri fashion juga menyerap begitu banyak sumber daya air.
Sebagai gambaran, produksi satu potong jeans membutuhkan 7.500 liter air. Ini setara dengan rata-rata jumlah air minum yang kita konsumsi selama tujuh tahun.
Sementara itu, produksi sehelai kaus katun memerlukan 700 galon air, yang setara dengan kebutuhan air minum seseorang per hari (8 gelas) selama 3,5 tahun.
Nggak aneh kalo industri fashion jadi consumer terbesar kedua dalam penggunaan suplai air dunia.
Fast fashion punya andil besar
Dari tahun ke tahun konsumsi produk pakaian terus meningkat.
Salah satu penyebabnya adalah budaya fast fashion yang memproduksi berbagai model dalam waktu sangat singkat, serta menggunakan bahan baku yang buruk dan murah.
“Karena harganya yang murah dan modelnya sedang tren, banyak anak muda yang tertarik untuk membeli pakaian dari merek-merek fast fashion tersebut,” kata Dewi.
Dahulu rata-rata brand merilis dua koleksi, yaitu koleksi musim panas dan musim dingin. Namun, sekarang frekuensinya bisa jauh lebih tinggi. Ada brand global yang merilis hingga belasan koleksi per tahun.
Bahkan, ada yang mengeluarkan hingga lebih dari 40 koleksi.