Follow Us

5 Fakta Soal Limbah Fashion: Berperan Besar Terhadap Perubahan Iklim, dan Anak Muda Paling Terdampak

Alvin Bahar - Sabtu, 09 April 2022 | 21:05
Kaos Band
Flickr

Kaos Band

“Tapi, sampah tersebut tak menyebarkan aroma tak sedap. Ketika saya mendekat, sampah itu ternyata terdiri dari begitu banyak baju.”

Dewi menyebutkan, limbah fashion terdiri dari berbagai bentuk, di antaranya limbah cairan. Dua puluh persen limbah cairan di dunia berasal dari industri fashion.

Pewarnaan tekstil jadi polutan air terbesar kedua di dunia, karena sisa air dari proses pewarnaan sering kali dibuang ke selokan dan sungai.

Padahal, limbah ini mengandung zat-zat sisa pewarna kimia sintetis yang berbahaya bagi lingkungan.

Limbah fashion juga bisa berupa sisa kain dari produksi pakaian di pabrik berskala kecil dan besar, serta pakaian tak terpakai yang kita buang, seperti yang dilihat oleh Dinda.

Masalahnya, sejumlah bahan pakaian nggak mudah terurai secara alami. Contohnya, polyester dan nilon, yang membutuhkan waktu antara 20 - 200 tahun hingga bisa terurai.

Meski begitu, ada juga pakaian dari bahan kain bisa terurai secara alami, misalnya katun, terutama yang 100 persen.

Katun bisa terurai dalam hitungan minggu hingga 5 bulan, sedangkan bahan linen bisa terurai dalam dua minggu.

Berdampak pada krisis iklim

Dewi menjelaskan, emisi karbon yang sangat besar dari industri fashion terjadi pada setiap tahap rantai pasokan fashion dan siklus produk.

Tetapi, 70% emisi karbon berasal dari kegiatan hulu, seperti produksi dan pemrosesan bahan mentah.

Tak hanya itu, dampak fashion terhadap krisis iklim antara lain juga terkait dengan air, bahan kimia, penggundulan hutan, limbah tekstil, serta mikroplastik yang nggak bisa terurai secara alami.

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest