HAI-Online.com -Ngomongin emo, pasti banyak banget pro dan kontranya. Tentu karena tiga gelombang yang hadir beriringan dengan sejarahnya masing-masing.
Bagaimana dan kapan momen ini kemudian bisa terpatri begitu lama pada mindset banyak kalangan anak muda di Indonesia? Bahkan semua berlomba-lomba untuk tampil menjadi paling “emo” saat itu.
Kita perlu untuk menarik sejarah kembali pada era 2000-an. Di fase ini (gelombang ketiga) lah, makna emo yang meluas kemudian bertransformasi menjadi “emo” yang lebih dikenal oleh publik saat ini.
Hingga pada akhirnya, band-band “emo” gelombang ketiga pun hadir untuk menyempurnakan pondasi tersebut berkat campur tangan industri.
Baca Juga: NIKI Bikin Film Pendek Mengharukan, Every Summertime: A Love Story
Band-band seperti Saosin lewat lagu ‘You’re Not Alone’, ataupun Paramore dengan ‘Decode’, pun juga Alesana dengan ‘Ambrosia’ akhirnya menjadi pelopor emo yang dikenal luas di Indonesia.
Banyak di antaranya yang berjasa besar terhadaptumbuhnya berbagai band bernafaskan emo gelombang ketiga di Indonesia hingga saat ini.
Lama nggak tersiar band serupa yang cukup oke, Fight For Another Hero, kemudian menjadi pemegang tongkat estafet penting yang tumbuh di era modern ini.
Baca Juga: Mendiang Dorce Gamalama Pernah Bikin Film Horor Indie Remaja, Karyanya Diterima Amerika
Berangkat dari Manado, Fight For Another Hero mengadopsi nafas dari emo gelombang ketiga tersebut lewat bungkus yang modern dan lebih proper.
Sejak 2019, mereka berhasil meramu bagan lagu dan tatanan suara yang rapi, tanpa meninggalkan kesan post-hardcore yang lebih beringas. Ciamik.
Untuk ranah penulisan lirik, di sini lah Fight For Another Hero mengadaptasi tema yang sangat relevan bagi setiap orang, yakni kisah cinta.