Merespon hal tersebut, Komandan Resimen IV Letkol Singgih memutuskan mendahului tentara NICA untuk melucuti senjata Jepang. Kemudian, misi tersebut akhirnya diserahkan kepada para taruna MAT yang langsung dipimpin Mayor Daan Mogot.
Baca Juga: 7 Negara yang Pernah Ganti Nama, dari Thailand sampai Zimbabwe
Pertempuran Lengkong
Para taruna MAT lalu dikumpulkan untuk melaksanakan aksi pelucutan. Total hanya ada dua seksi taruna, masing-masing berjumlah 30 orang, yang ikut berangkat ke markas tentara Jepang.
Bermodalkan persenjataan seadanya, mereka tetap nekat pergi. Selain mereka, Mayor Wibowo dari Kantor Penghubung Tentara di Jakarta, serta Lettu Soebianto Djojohadikoesoemo dan Lettu Soetopo dari Polisi Tentara juga ikut dalam rombongan itu.
Singkat cerita, sekitar pukul 16.00 WIB, pasukan tiba di markas Jepang yang berada di tengah kebun karet.
Rombongan kemudian memasuki kompleks militer tanpa kesulitan dengan kehadiran empat serdadu India yang ikut dengan mereka.
Setelah meyakinkan petugas Jepang, Mayor Daan Mogot, Mayor Wibowo, dan Taruna Alex Sajoeti bersama beberapa tentara akhirnya berhasil memasuki kantor Kapten Abe.
Daan Mogot kemudian menjelaskan maksud kedatangannya saat berada di kantor. Sementara para taruna di bawah pimpinan Soebianto dan Soetopo tanpa menunggu hasil perundingan langsung melucuti tentara Jepang dan mengumpulkannya di sebuah lapangan.
Tiba-tiba saja terdengar letusan senjata dan kepanikan pun terjadi. Tentara Jepang menduga mereka telah dijebak, lalu dengan sigap mulai menembaki para taruna MAT. Tentara Jepang lainnya langsung sigap mengambil senjata-senjata di lapangan.
Para taruna yang nggak menyangka bakal mengalami kejadian seperti itu, sontak langsung berhamburan masuk ke dalam kebun karet di depan lapangan. Mereka mencoba melawan para tentara Jepang dengan senjata yang dibawanya.
Baca Juga: Sejarah Teh Celup, Ternyata Awalnya Ditemukan Nggak Sengaja