Yang jelas, setiap individu pastinya punya kebebasan untuk memilih rekan bisnisnya, baik bersama orang yang baru dikenal, teman dekat, pasangan, bahkan keluarga sekalipun.
Namun, terlepas dari status hubungan yang telah dibangun dengan rekan bisnis tersebut, penilaian awal saat memilih rekan bisnis harus tetap dilakukan secara objektif agar tidak menimbulkan penilaian bias.
Baca Juga: Kolaborasikan Ilmu Bisnis dan Teknologi, Universitas Prasmul Fokus Bangun Kewirausahaan UnggulBercermin dari kisah Irvan Helmi yang membangun Anomali Coffee bersama sahabatnya sejak SMA. Dia menjelaskan, fondasi utamanya adalah sudah mengenal baik sejak lama, meskipun dulunya dia adalah seorang musuh kita, namun kita tahu ketrampilan yang dimilikinya ada.
"Meskipun saya memilih menjadikan sahabat lama dan kakak saya sendiri (Pipiltin Cocoa) sebagai rekan bisnis, saya tidak pernah mengenyampingkan kriteria utama yang saya cari dari seorang rekan bisnis yang baik, yaitu adanya perbedaan keterampilan untuk saling melengkapi," ujar Irvan Helmi di avara yang sama.
Seperti dijelaskannya, pembagian tugas dan kolaborasi di Anomali Coffee, Irvan Helmi lebih fokus menangani hal yang berhubungan dengan marketing dan kualitas produk, sedangkan rekannya, Agam, menangani keuangan bisnis dan strategi bisnis secara garis besar.
"Alhasil, saya banyak belajar dari Agam tentang strategi menjalankan bisnis dan pengalaman tersebut saya terapkan saat saya membangun Pipiltin Cocoa bersama kakak saya. Sedangkan, kakak saya yang memang lebih mahir di bidang marketing lebih fokus menangani strategi marketing Pipiltin Cocoa. Perbedaan keterampilan inilah yang dapat menjadi sebuah nilai tambah yang membuat kami memiliki perspektif yang lebih luas dalam mencapai tujuan bisnis.” jelasnya.
Baca Juga: Inilah Makna ‘Ilmu Kudu’ pada ‘Universitas Tama Jagakarsa Ampera yang Sempat Bikin Penasaran
Selain keterampilan, rekan bisnis juga pastinya harus mengemban komitmen yang kuat, sehingga tiap individu yang terlibat di dalamnya bersedia mengenyampingkan ego alias keakuan dan fokus memberikan 100 persen usaha bersamanya untuk mencapai tujuan bisnis yang telah dirancang bersama juga.
“Bisnis merupakan usaha jangka panjang yang harus terus diupayakan. Ketika memutuskan untuk membangun Burgreens bersama Max, sekalipun Max merupakan pacar saya pada saat itu, namun kami menyepakati beberapa hal mendasar yang dituangkan ke dalam perjanjian kerja sama yang sah.
"Dengan begitu, kami bisa menjaga profesionalitas berbekal komitmen yang telah kami tentukan bersama dan tidak lagi membawa status ‘teman’, ‘pacar’, atau ‘saudara’, tetapi semua dilakukan atas kelangsungan bisnis dan tujuan bersama. Bagi saya, memilih rekan bisnis yang mau dan mampu memegang teguh komitmen dapat membantu kita dalam mendorong pertumbuhan bisnis,” ujar Helga Angelina, Co-founder dan CEO Burgreens & Green Rebel. (*)