Follow Us

Penelitian Berhasil Ngebuktiin Manajemen Kualitas Udara dalam Ruangan Kurangi Risiko COVID-19 di Sekolah

Alvin Bahar - Minggu, 26 September 2021 | 16:35
Pembelajaran tatap muka di SPH Kemang Village
SPH Kemang Village

Pembelajaran tatap muka di SPH Kemang Village

HAI-ONLINE.COM - Beberapa sekolah udah menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM). Meski banyak yang lega karena merasa lebih nyambung kalo "sekolah offline", pembukaan sekolah juga menimbulkan kekhawatiran mengenai keamanan para murid dikarenakan sejumlah penemuan klaster penularan selama PTM berlangsung.

Para peneliti sebelumnya telah melaporkan bahwa ruangan kelas dengan ventilasi udara yang buruk jadi salah satu sumber penyebaran virus yang sangat cepat, sehingga diperlukan ventilasi dan pengukuran kualitas udara yang baik sebagai langkah pencegahan.

Berbagai studi juga membuktikan pentingnya manajemen kualitas udara untuk memastikan lingkungan belajar yang lebih aman bagi para murid.

Salah satunya, peneliti kualitas udara terkemuka dunia sekaligus penulis The Lancet Report on Airborne Transmission of SARS CoV-2 dan laporan Exhaled CO2 as a COVID-19 Infection Risk Proxy, Profesor Jose-Luis Jimenez.

“Berbagai studi menunjukkan peran penting mitigasi risiko berlapis, atau dikenal dengan istilah Swiss Cheese Model, dalam menurunkan risiko penularan COVID-19 secara signifikan di berbagai sekolah di belahan dunia," katanya.

"Manajemen kualitas udara dalam ruangan termasuk pengukuran kadar CO2, ventilasi udara, serta air filtration merupakan komponen kunci dalam menurunkan risiko penularan, sehingga meningkatkan keamanan anak-anak kita bersekolah tatap muka di tengah periode new normal," ia melanjutkan.

Pendekatan Swiss Cheese Model menekankan nggak adanya solusi tunggal yang dapat secara efektif memerangi penularan virus yang menyerang saluran pernafasan seseorang. Untuk itu, diperlukan strategi mitigasi yang berlapis-lapis.

Baca Juga: Duh! Ribuan Pelajar SMA Masuk Klaster Covid-19 Usai Sekolah Tatap Muka

Dalam Swiss Cheese model, ventilasi dan penyaringan udara jadi kunci untuk memitigasi risiko penularan virus, dikombinasikan dengan upaya-upaya pencegahan individu seperti memakai masker dan mencuci tangan.

Prof. Dr. Budi Haryanto, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia sekaligus Fellow of Occupational and Environmental Health di Collegium Ramazzini, Italy, menjelaskan, “Pembukaan sekolah adalah langkah penting yang pada akhirnya memang harus dilakukan, melihat potensi dampak belajar dari rumah terhadap perkembangan kognitif dan psikologis anak dalam jangka panjang."

"Di sisi lain, kita juga harus memastikan lingkungan belajar yang aman, apalagi dengan sifat virus COVID-19 yang dapat menular lewat udara (airborne). Di sinilah peran krusial dari strategi manajemen kualitas udara dalam memastikan keamanan anak-anak ketika belajar di dalam ruangan kelasnya,” sambungnya.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

Latest