Selain penggundulan hutan yang disebabkan oleh penanaman biji kakao, sebagian besar batang cokelat dibuat dengan gula dan susu, dua penyebab lain yang kurang ramah lingkungan.
World Wildlife Fund (WWF) juga menemukan, budidaya gula berkontribusi terhadap penurunan kuantitas dan degradasi tanah, sementara industri susu membutuhkan 144 galon air untuk menghasilkan hanya satu galon susu.
Cokelat memang memiliki dampak kurang baik untuk lingkungan, namun cokelat memiliki manfaat untuk kesehatan. Cokelat kaya akan bahan kimia nabati yang disebut flavanol.
4. Kopi
Penelitian menunjukkan, produksi kopi mengeluarkan 17 kilogram karbon dioksida per kilogram produk. Emisi ini disebabkan oleh pertanian, pengemasan, dan efek pada tanah.
Sedangkan permintaan pasar Indonesia terhadap kopi pun terus meningkat. Melansir Lifepal, International Coffee Organization (ICO) memprediksi pada tahun 2021, pasokan kopi nasional akan mencapai 795 ribu ton.
Angka tersebut pun diikuti dengan tingkat konsumsi kopi yang naik menjadi 370 ribu ton. Banyaknya permintaan pasar ini juga mempengaruhi dampak buruk terhadap lingkungan yang ikut meningkat pula.
5. Sayur dan buah impor
Mengonsumsi sayur dan buah dari luar daerah atau negara terdengar biasa saja. Bahkan nggak ada masalah sama sekali.
Namun, sebaiknya kita memperbanyak untuk konsumsi hasil pangan lokal saja. Hal ini dikarenakan proses pengiriman sayur dan buah antar negara atau secara internasional membutuhkan pesawat atau transportasi khusus untuk mengangkutnya.
Tentu transportasi tersebut membutuhkan bahan bakar yang dapat menjadi penyumbang masalah pemanasan global.
Baca Juga: Asal-Usul Ketupat Jadi Makanan Khas Idul Fitri di Indonesia