Baca Juga: 7 Pesepakbola yang Terang-terangan Dukung Palestina, dari Mahrez hingga Sadio Mane
Samar Abu Elouf
Samar Abu Elouf bekerja dari pagi hingga sore untuk meliput berita terbaru di Gaza. Dia adalah seorang jurnalis foto lepas, yang bekerja di New York Times dan kantor berita.
“Liputan dari serangan ini jauh lebih sulit dari sebelumnya. Pengeboman ada di mana-mana, dan jenis senjata yang digunakan berbeda-beda,” kata fotografer berusia 33 tahun itu.
Abu Elouf, seorang ibu dari empat anak ini mengatakan bahwa meninggalkan anak-anaknya adalah "titik lemah"-nya, "Ini sungguh berat untuk meninggalkan anak Anda sendiri, ketika mereka sangat ketakutan atas suara bom yang keras di sekitar mereka," ungkapnya.
Beberapa hari yang lalu, Abu Elouf dan keluarganya mengevakuasi rumah mereka, setelah rudal Israel menghantam rumah tetangga mereka, “Itu adalah saat-saat yang mengerikan. Anak-anak saya menangis dan kami meninggalkan rumah secepat mungkin. Rumah saya rusak parah akibat pemboman itu. Pecahan peluru dari rudal menembus atap,” kata Abu Elouf.
Terlepas dari tekanan ini, Abu Elouf mengatakan bahwa kesulitan tidak akan menghentikannya untuk melanjutkan pekerjaannya, dan itu meningkatkan tekadnya untuk meliput cerita tersebut.
"Saya mencoba untuk mengatasi situasi ini dan tetap seaman mungkin," tambahnya. “Menyedihkan melihat menara dan gedung yang dulu tempat kami bekerja dibom. Di setiap tempat kami memiliki kenangan yang tak terlupakan," kata Abu Elouf.
Baca Juga: Bella Hadid Dukung Palestina dan Teriak Palestine Will Be Free, Israel: Dasar Nggak Tau Malu
Rushdi al-Sarraj
Rushdi al-Sarraj, 29, adalah seorang jurnalis dan pembuat film di perusahaan Ain Media. “Pekerjaan saya tidak hanya meliput apa yang terjadi, tapi menggabungkan antara jurnalisme dengan aspek pembuatan film, yang fokus pada pemberitaan, apa yang ada di balik pemberitaan,” ujar Sarraj.
"Saya selalu mencari orang-orang yang selamat dari reruntuhan gedung, mencoba untuk meliput kisah mereka dengan bingkai cerita dan film pandek," terangnya.