Follow Us

4 Jurnalis Ini Ceritakan Situasi Medan Perang Gaza, Terdengar Bom Dimana-mana hingga Diliputi Ketakutan

Ferry Budi Saputra - Kamis, 20 Mei 2021 | 14:08
Jurnalis Palestina, Samar Abu Elouf yang meliput pemboman Israel di Gaza
Dok. Samar Abu Elouf Via Al Jazeera

Jurnalis Palestina, Samar Abu Elouf yang meliput pemboman Israel di Gaza

Seperti jurnalis lain di lapangan, Hamad tidak berhenti bekerja sejak eskalasi, “Kami harus menghadapi situasi berbahaya di sekitar kami. Kami tidak memiliki apa pun untuk melindungi diri kami sendiri. Setiap orang adalah target dan diserang,” kata Hamad kepada Al Jazeera.

“Saya mencoba untuk melakukan pekerjaan saya tanpa memikirkan kerugian yang mungkin saya hadapi. Kami kehilangan kantor kami yang dibom beberapa hari yang lalu," ungkapnya.

Seperti ibu lainnya, Hamad ingin berada di samping keluarganya, terutama putrinya, selama masa-masa sulit ini, "di mana suara bom terlalu keras dan di mana-mana. Ketika saya mendengar ada bom di dekat rumah saya, saya langsung menelepon untuk memeriksanya," kata Hamad.

“Meski, aku tidak akan pergi (ke sana). Saya harus terus menyampaikan pesan dan menceritakan apa yang terjadi pada orang-orang," terangnya.

Baca Juga: Roket Hamas Tembus Wilayah Israel, Sistem Iron Dome Punya Kelemahan?

Hossam Salem

Jurnalis foto Hossam Salem sebenarnya tidak berencana untuk meliput gejolak kekerasan terbaru di tanah airnya. Fotografer itu meninggalkan Gaza ke Turki 2 tahun lalu, tetapi kembali mengunjungi keluarganya. Ia tiba tepat pada hari yang sama ketika Israel memulai serangan udara di wilayah itu.

“Saya berencana untuk merayakan hari raya Idul Fitri bersama keluarga saya. Namun, secara mengejutkan saya disambut oleh serangan dan pemboman besar pada saat kedatangan saya. Itu adalah kejutan besar bagi saya,” ungkap fotografer berusia 32 tahun itu.

"Saya bergabung meliput di lapangan tanpa melihat keluarga saya sendiri," ujarnya. Salem telah bekerja sebagai fotografer selama lebih dari 10 tahun. Ia telah meliput 3 perang di Gaza, seperti Great March of Return, serqangkaian protes pada 2018.

“Pengalaman saya kali ini berbeda. Situasinya sangat sulit. Ada risiko besar pergi ke tempat-tempat yang dibom tanpa mengetahui apakah pemboman telah berhenti atau tidak," ucap jurnalis foto yang karyanya telah dterbitkan di Al Jazeera English, New York Times dan sejumlah lembaga internasional lainnya.

“Serangan udara Israel memengaruhi segalanya, menara, bangunan tempat tinggal, jalan, rumah, bahkan kantor kantor berita internasional," sebutnya.

“Saya memiliki banyak ketakutan, terutama tentang keluarga saya. Saya mencuri beberapa jam untuk pergi dan melihat mereka dan kembali ke lapangan. Ini adalah pajak pekerjaan kita. Kami harus menghadapi bahaya dari setiap serangan Israel," ungkapnya.

Source : Kompas.com

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest