Follow Us

Kenapa Hari Raya Idul Fitri Bergeser Jatuh Pada Tanggal Berbeda Tiap Tahunnya? Ini Alasannya

Ferry Budi Saputra - Selasa, 18 Mei 2021 | 11:06
ilustrasi shalat di masjid
piqsels.com

ilustrasi shalat di masjid

Fase antara bulan mati (tidak terlihat sama sekali) sampai ada secercah cahaya tipis dari pantulan sinar matahari pada bulan yang membentuk sabit itulah yang disebut Hilal.

Perubahan penampakan dari bulan ini yang adalah fenomena yang paling mudah terlihat dan konsepnya cukup sederhana sehingga diduga dipakai pertama kali oleh peradaban-peradaban awal di berbagai belahan dunia seperti Babilonia di Sumeria (sekitar 1800 SM).

Pada jazirah Arab Pra-Islam (pada masa Agama Islam belum ada di Arab), peradaban manusia di daerah itu sudah menggunakan sistem bulan yang dimodifikasi. Ada 12 bulan dalam penanggalan Arab. Tidak mengherankan bila nama-nama bulannya sama dengan Kalender Islam Hijriah.

Baca Juga: Kenapa Nggak Ada Ayah dalam Gambar Kaleng Khong Guan? Ini Alasan dan Sejarahnya

1. Muharram: 30 hari 2. Safar: 29 hari 3. Rabiul Awal: 30 hari 4. Rabiul Akhir: 29 hari 5. Jumadil Awal: 30 hari 6. Jumadil Akhir: 29 hari 7. Rajab: 30 hari 8. Sha’ban: 29 hari 9. Ramadan: 30 hari 10. Syawal: 29 hari 11. Dhulqaidah: 30 hari 12. Dhulhizah: 29/30 hari

Totalnya hari pada penanggalan ini hanya 354 hari, berbeda dengan kalender Masehi yang sehari-hari dipakai yakni 365 hari. Artinya, pada jaman itu manusia berpikir bahwa siklus alam kembali pada titik awal dalam tempo waktu 354 hari, sedangkan sistem Gregorian/Masehi yang umum dipakai sekarang menginterpretasikan bahwa perubahan siklus alam akan kembali pada titik awal pada 365 hari.

Untuk peradaban yang tidak bergantung pada pertanian, hal ini tidak terlalu menjadi masalah. Sayangnya, di peradaban yang menggantungkan pada perubahan musim untuk menentukan kapan menanam dan kapan memanen, ini menjadi masalah besar. Sehingga, mulailah beberapa peradaban melibatkan benda langit lainnya, yaitu Matahari.

Baca Juga: Inilah Sejarah Mudik, Tradisi Masyarakat Indonesia Saat Lebaran

2. Solar atau Matahari

Matahari awalnya dipakai hanya untuk siklus harian. Ketika matahari terbit dan tenggelam disebut siang, sedangkan waktu "ketiadaan" Matahari antara matahari tenggelam dan terbit disebut malam, dan gabungan keduanya disebut dengan 1 hari.

Namun, ketika fenomena terbit/tenggelamnya matahari ini digunakan untuk melakukan perhitungan siklus jangka panjang, ternyata tidak akurat. Sehingga, sistem solar itu tidak disadari oleh manusia karena pola pergerakannya tidak mudah terlihat.

Sampai pada suatu ketika manusia sadar bahwa pergerakan terbit/tenggelamnya matahari itu tidak berulang pada orbit yang sama. Hal itu disadari ketika para pendeta yang tinggal di kuil-kuli seperti di Tenothlican, Thebes dan Acropolis, mulai melihat jalur matahari di langit lewat bayangan patung dan pilar-pilar di kuil.

Source : Kompas.com

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest